Oleh : Paulus Winarto
Masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang.
- King Solomon -
"Ah, yang benar? Jangan main-main? Trus, dioperasi atau bagaimana?" Pertanyaan beruntun bak kereta api itu meluncur dari seorang sahabat ketika saya mengatakan bahwa sedang sakit karena ada kista di hidung kanan saya. Tampak ia kaget dan mungkin sedikit panik. Maklum, hubungan kami sudah sangat dekat seperti saudara.
Ya, saat ini atau persisnya saat saya sedang menulis artikel ini saya memang sedang tidak fit seratus persen. Sejak beberapa bulan lalu, dokter mendiagnosa ada kista di hidung kanan saya. Penyakit ini membuat saya beberapa bulan ini sering sekali sesak napas dan susah tidur. Jika udara dingin, entah di pagi hari atau di malam hari (karena rumah kami berada di atas bukit), saya berjuang ekstra keras untuk menghirup maupun menghembuskan napas. Hal inilah yang membuat saya sudah beberapa bulan ini tidak pernah piket ronda malam padahal kegiatan itu merupakan sebuah bentuk silahturahmi dengan tetangga. Biasanya di pos ronda yang tidak jauh dari rumah, kami bisa berbincang-bincang, curhat satu sama lain bahkan terkadang nge-liwet nasi ala kadarnya untuk dimakan bersama. Sungguh nikmat!
Syukur puji Tuhan, berkat pengobatan intensif, penyakit itu sudah mulai berkurang secara perlahan-lahan namun belum sembuh total. Saya sempat dan masih akan menjalani berbagai terapi. Operasi? "Itu jalan terakhir saja sebab jika dioperasi dan diangkat, biasanya akan timbul lagi," kata Bogi Suseno, dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) yang merawat saya.
Tanpa bermaksud untuk sombong dalam penderitaan, sejak beberapa tahun terakhir ini saya cenderung lebih bisa menerima apa pun yang terjadi. Saya lebih bisa pasrah kepada Tuhan, terlebih-lebih ketika keluarga kami, berkat kemurahan hati Tuhan, bisa lulus dalam ujian soal anak pertama kami (Priscilla) yang lahir prematur dan harus menjalani operasi jantung pada saat usianya baru 41 hari. Alhasil, setelah peristiwa tersebut, kami semakin bisa menyadari kalau semua adalah titipan dan milik Tuhan, termasuk hidup kami ini. Berkat peristiwa yang tampaknya tragis itu, kami belajar banyak hal, terutama agar tidak terikat pada materi atau harta dunia yang tidak akan pernah kami bawa ketika kami meninggal nanti.
Saya tertawa sekaligus terhenyuh ketika pelawak Pepeng yang sekarang sedang sakit dalam sebuah wawancara di televisi mengatakan, "Ketika Anda menderita, jangan suka berkata kepada Tuhan, why me? Why me? Why me? Ntar kalau Tuhan bilang, Why not, bagaimana?" Sungguh ini sebuah pernyataan iman. Jarang saya menemukan orang yang setabah dia.
Selain kista di hidung kanan, keluarga kami juga sedang menghadapi ujian-ujian berat lainnya. Salah satunya adalah ayah kandung saya yang baru saja terkena stroke ringan untuk kedua kalinya. Lagi-lagi kami tahu, kalau Tuhan sungguh mengasihi kami, juga ayah saya yang sudah memasuki usia 59 tahun. Berkat pengobatan intensif, ia kini sudah bisa berjalan kembali. Ketika diuji, kami tidak marah. Memang agak sedikit sedih namun tetap bersukacita sebab kami selalu percaya -berdasarkan pengalaman-pengalaman kami di masa lalu- kalau Tuhan memang selalu ikut bekerja dalam segala sesuatu (dalam hal yang baik maupun hal yang buruk) untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Kami selalu yakin bahwa apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia.
Baru-baru ini seorang sahabat mengirimkan saya sebuah puisi indah yang sungguh membuat saya meneteskan air mata ketika membacanya. Perkenankanlah saya meneruskan puisinya kepada Anda.
Jika engkau merasa lelah, tak berdaya dan sepertinya semua usahamu sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Jika hatimu terasa pedih dan sudah sekian lama engkau terus-menerus menangis...
Tuhan telah menghitung air matamu.
Jika engkau berpikir bahwa dalam hidupmu engkau sedang menunggu sesuatu dan waktu terasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersamamu.
Jika engkau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk hanya untuk sekedar menelponmu...
Tuhan selalu berada disampingmu.
Jika engkau berpikir bahwa engkau telah mencoba segalanya dan tidak tahu harus bebuat apa lagi...
Tuhan punya jawabannya.
Jika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan engkau merasa sangat tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba engkau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.
Jika segala sesuatu berjalan lancar dan engkau ingin mengucap syukur...
Tuhan telah memberkatimu.
Jika sesuatu yang indah terjadi dan engkau begitu takjub...
Tuhan sedang tersenyum kepadamu.
Jika engkau memiliki tujuan untuk masa depanmu dan impian untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.
Ingat selalu bahwa di manapun engkau berada dan ke manapun kau pergi...
TUHAN TAHU! Bahkan TUHAN tahu kalau engkau terkadang tidak mau tahu.
Masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang.
- King Solomon -
"Ah, yang benar? Jangan main-main? Trus, dioperasi atau bagaimana?" Pertanyaan beruntun bak kereta api itu meluncur dari seorang sahabat ketika saya mengatakan bahwa sedang sakit karena ada kista di hidung kanan saya. Tampak ia kaget dan mungkin sedikit panik. Maklum, hubungan kami sudah sangat dekat seperti saudara.
Ya, saat ini atau persisnya saat saya sedang menulis artikel ini saya memang sedang tidak fit seratus persen. Sejak beberapa bulan lalu, dokter mendiagnosa ada kista di hidung kanan saya. Penyakit ini membuat saya beberapa bulan ini sering sekali sesak napas dan susah tidur. Jika udara dingin, entah di pagi hari atau di malam hari (karena rumah kami berada di atas bukit), saya berjuang ekstra keras untuk menghirup maupun menghembuskan napas. Hal inilah yang membuat saya sudah beberapa bulan ini tidak pernah piket ronda malam padahal kegiatan itu merupakan sebuah bentuk silahturahmi dengan tetangga. Biasanya di pos ronda yang tidak jauh dari rumah, kami bisa berbincang-bincang, curhat satu sama lain bahkan terkadang nge-liwet nasi ala kadarnya untuk dimakan bersama. Sungguh nikmat!
Syukur puji Tuhan, berkat pengobatan intensif, penyakit itu sudah mulai berkurang secara perlahan-lahan namun belum sembuh total. Saya sempat dan masih akan menjalani berbagai terapi. Operasi? "Itu jalan terakhir saja sebab jika dioperasi dan diangkat, biasanya akan timbul lagi," kata Bogi Suseno, dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) yang merawat saya.
Tanpa bermaksud untuk sombong dalam penderitaan, sejak beberapa tahun terakhir ini saya cenderung lebih bisa menerima apa pun yang terjadi. Saya lebih bisa pasrah kepada Tuhan, terlebih-lebih ketika keluarga kami, berkat kemurahan hati Tuhan, bisa lulus dalam ujian soal anak pertama kami (Priscilla) yang lahir prematur dan harus menjalani operasi jantung pada saat usianya baru 41 hari. Alhasil, setelah peristiwa tersebut, kami semakin bisa menyadari kalau semua adalah titipan dan milik Tuhan, termasuk hidup kami ini. Berkat peristiwa yang tampaknya tragis itu, kami belajar banyak hal, terutama agar tidak terikat pada materi atau harta dunia yang tidak akan pernah kami bawa ketika kami meninggal nanti.
Saya tertawa sekaligus terhenyuh ketika pelawak Pepeng yang sekarang sedang sakit dalam sebuah wawancara di televisi mengatakan, "Ketika Anda menderita, jangan suka berkata kepada Tuhan, why me? Why me? Why me? Ntar kalau Tuhan bilang, Why not, bagaimana?" Sungguh ini sebuah pernyataan iman. Jarang saya menemukan orang yang setabah dia.
Selain kista di hidung kanan, keluarga kami juga sedang menghadapi ujian-ujian berat lainnya. Salah satunya adalah ayah kandung saya yang baru saja terkena stroke ringan untuk kedua kalinya. Lagi-lagi kami tahu, kalau Tuhan sungguh mengasihi kami, juga ayah saya yang sudah memasuki usia 59 tahun. Berkat pengobatan intensif, ia kini sudah bisa berjalan kembali. Ketika diuji, kami tidak marah. Memang agak sedikit sedih namun tetap bersukacita sebab kami selalu percaya -berdasarkan pengalaman-pengalaman kami di masa lalu- kalau Tuhan memang selalu ikut bekerja dalam segala sesuatu (dalam hal yang baik maupun hal yang buruk) untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Kami selalu yakin bahwa apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia.
Baru-baru ini seorang sahabat mengirimkan saya sebuah puisi indah yang sungguh membuat saya meneteskan air mata ketika membacanya. Perkenankanlah saya meneruskan puisinya kepada Anda.
Jika engkau merasa lelah, tak berdaya dan sepertinya semua usahamu sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Jika hatimu terasa pedih dan sudah sekian lama engkau terus-menerus menangis...
Tuhan telah menghitung air matamu.
Jika engkau berpikir bahwa dalam hidupmu engkau sedang menunggu sesuatu dan waktu terasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersamamu.
Jika engkau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk hanya untuk sekedar menelponmu...
Tuhan selalu berada disampingmu.
Jika engkau berpikir bahwa engkau telah mencoba segalanya dan tidak tahu harus bebuat apa lagi...
Tuhan punya jawabannya.
Jika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan engkau merasa sangat tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba engkau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.
Jika segala sesuatu berjalan lancar dan engkau ingin mengucap syukur...
Tuhan telah memberkatimu.
Jika sesuatu yang indah terjadi dan engkau begitu takjub...
Tuhan sedang tersenyum kepadamu.
Jika engkau memiliki tujuan untuk masa depanmu dan impian untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.
Ingat selalu bahwa di manapun engkau berada dan ke manapun kau pergi...
TUHAN TAHU! Bahkan TUHAN tahu kalau engkau terkadang tidak mau tahu.