Rabu, 01 Agustus 2007

PEMBELI ISTIMEWA


Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli
manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai).

Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru ia
membungkus manju itu. Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko berseru, "Tunggu, biarkan saya yang
menyerahkannya". Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis.

Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari
tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata, "Terima kasih atas
kunjungan anda".

Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko,
"Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum
pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan
kasirlah yang melayani pembeli".

Si pemilik toko itu berkata, "Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya
kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku
ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah
pelanggan biasa, namun kali ini lain."

"Mengapa lain," tanya pelayan.

"Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli
kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah
begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi
mendapatkan manju itu. Saya tahu, kue manju itu sangat penting baginya. Karena
itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah
mengapa aku melayaninya", demikian penjelasan sang pemilik toko.


Konosuke Matsushita, sekarang ini adalah pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka itu,
menutup cerita tadi dengan renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan. Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.

(Dikutip dari artikel, Konosuke Matsushita, Food For Thought, dari buku Etos
Bisnis dan Etika Manajemen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun