Oleh: Sonny Wibisono *
"Dan tetaplah terus berbuat baik."
-- Anonim
PERJALANAN itu teramat jauh. Jakarta ke Jombang. Namun, dia justru merasakan sebuah perjalanan yang menyenangkan, terutama bagi rohaninya. Bukan saja persoalan pemandangan berupa sawah hijau yang terhampar, sesuatu yang jarang disaksikan di Jakarta, tapi juga sebuah desa yang bernama Tebu Ireng.
Di desa inilah, Gus Dur, Presiden ke empat RI dimakamkan. Makam Gus Dur terletak di sebelah utara pusara kakeknya yang juga pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari, di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Semenjak Gus Dur dimakamkan Desember tahun lalu hingga kini, para peziarah tak henti-hentinya mendatangi makamnya. Setiap hari, para peziarah mendatangi komplek pemakaman Gus Dur. Ada yang datang dari kota-kota di Pulau Jawa, juga kota-kota terdekat di Jawa Timur. Ada pula yang datang dari luar Pulau Jawa. Tak heran bila puluhan sepeda motor, mobil-mobil pribadi dan sewaan, hingga bis-bis hilir mudik dari dan ke Tebu Ireng. Beberapa peziarah datang dengan membawa serta keluarga mereka. Sekalipun ada pula yang datang seorang diri.
Ada hal menarik yang patut disimak. Dimakamkannya Gus Dur di daerah ini membawa berkah bagi para pedagang dan penduduk sekitar. Sejak makam Gus Dur ramai dikunjungi peziarah, pedagang kaki lima ikut menjamur di sekitar pondok pesantren Tebu Ireng. Mereka berjualan aneka rupa, mulai dari makanan-minuman, aksesoris, songkok, pakaian, sarung, hingga pernak-pernik hiasan. Itu baru dari sektor non formal, belum dari sektor lainnya.
Disinilah letak kebesaran Gus Dur. Dalam beberapa hal Gus Dur memang kontroversial. Tetapi hal itu tetap tak mempengaruhi kebesarannya. Hingga akhir hayatnya, Gus Dur mampu memberi berkah dan rezeki bagi rakyat kecil. Gus Dur merupakan pribadi besar karena memang Gus Dur memiliki jiwa yang besar. Hal inilah yang menjadikan dirinya sebagai tokoh besar. Berdasarkan cerita dari orang-orang terdekatnya, Gus Dur adalah pribadi yang tulus dan pemaaf. Sering kita mendengarkan ungkapan dari pihak-pihak yang dengan sengaja merancang agar dirinya lengser dari kursi kepresidenan. Tapi yang dikatakan Gus Dur ialah, "saya telah memaafkan semuanya". Begitu pula ketika ada sebuah grup lawak yang menyindir Gus Dur karena kelemahan fisiknya sebagai bahan tertawaannya, yang menyebabkan para pengikutnya marah besar, tapi Gus Dur menanggapinya dengan santai. Bahkan ia mengundang grup lawak tersebut untuk bersilaturahmi di Istana Negara.
Gus Dur sesungguhnya telah memberikan banyak pelajaran bagi kita semua. Bagaimana memaknai hidup ini dengan penuh arti. Makna yang menjadikan manusia terangkat derajatnya, manusia yang penuh manfaat bagi manusia banyak. Dan itulah yang terjadi pada Gus Dur. Hingga jasadnya terkubur saat ini, ia mampu memberikan berkah dan rezeki bagi sebagian orang.
Anda tentu tak dituntut harus seperti Gus Dur. Menjadi besar ataupun terkenal. Tetapi ada hikmah yang bisa dipetik. Setidaknya, Anda dapat terus berbuat baik terhadap sesama. Tak peduli apapun yang dikatakan oleh orang lain. Jika Anda berbuat baik, dan orang berprasangka buruk terhadap kebaikan yang Anda lakukan, tetaplah terus berbuat baik. Kebaikan yang Anda lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya, tapi sekali lagi, teruslah berbuat baik. Bukankah kita sebaiknya mengingat hal yang baik-baik saja begitu seseorang telah tiada? Jadi ketika Anda telah tiada, orang akan mengingat kebaikan-kebaikan yang telah Anda lakukan. Semoga kita termasuk pula orang-orang yang dapat memberi manfaat bagi sesamanya, bahkan hingga akhir hayat kelak. Amin.
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun