Oleh: Sonny Wibisono *
“It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver.”
-- Mahatma Gandhi, politikus asal India, 1869-1948
BENAR juga apa yang dikatakan Kak Rhoma, ’begadang jangan begadang, kalau tiada artinya.’ Inilah yang dialami Agus. Tubuhnya terbaring lemah. Sudah tiga hari Agus harus tidur di rumah sakit. Penyakit tipus merontokkannya. Ini adalah buah dari getolnya bekerja. Begadang bekerja membuatnya sering pulang hingga larut malam. Sebelumnya, dia bilang sudah biasa dengan ritme bekerja seperti itu. Keluarga pun tak mencemaskan. Teman kantor apalagi.
Tapi kekuatan tubuh manusia ada batasnya. Agus tumbang juga akhirnya. Saat diperiksa dokter, ia mengira hanya digasak gejala flu. Namun karena tak kunjung sembuh, pada kunjungan yang kedua, dokter menyarankan untuk cek darah. Nyatalah, dia terkena tipus. Tak ada pilihan yang lebih baik bagi Agus, kecuali mondok di rumah sakit.
Ketika menjenguknya, Agus masih dapat membersitkan senyuman. Ia tetap ceria, bahkan masih dapat bersenda gurau dengan teman-temannya yang menjenguknya. Ia sangat berterimakasih atas kedatangan teman-temannya. Hal itu katanya, memberikan kekuatan tersendiri baginya.
Betul. Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan yang sungguh sangat dianjurkan. Karena di dalamnya terdapat keutamaan yang agung. Menjenguk orang yang sedang sakit, merupakan bagian dari proses penyembuhan itu sendiri. Karena memang, pengobatan tidak seluruhnya bersifat materiil.
Menjenguk orang yang sakit, ternyata juga menguntungkan secara kesehatan bagi yang menjenguknya. Tak percaya? Simaklah studi berikut ini. Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science, akhir April 2010 lalu, seseorang yang melihat orang lain sakit akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Jadi malah makin menyehatkan si penjenguk. Namun tentu saja, kita tak hanya sekedar datang dan pergi dalam menjenguk si sakit. Walaupun tak ada larangan bagi siapa saja untuk dapat menjenguk orang sakit, tak ada salahnya bagi si penjenguk untuk memperhatikan hal-hal berikut.
Sebaiknya tanyakan terlebih dahulu kondisi si sakit pada keluarganya. Bagaimanapun juga, keluargalah yang lebih tahu kondisi si sakit. Hal ini juga untuk mengetahui hal-hal apa saja yang kiranya patut diketahui oleh penjenguknya nanti ketika akan menjenguk si sakit. Misalnya saja, si sakit yang mengalami kecelakaan, akan menjadi trauma ketika peristiwa kecelakan yang menimpa dirinya diungkit kembali. Saat menjenguk tak perlu membicarakan hal tersebut. Tak ada salahnya pula bila kita mengingatkan kepada keluarganya untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan merawat si sakit.
Setelah datang menemui si sakit, tanyakanlah bagaimana kondisi kesehatannya. Selain mendapat informasi tambahan dan mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari si sakit, juga dapat meringankan si sakit karena merasa ada yang memperhatikan kondisinya. Bila perlu, bawakanlah buah tangan. Tentunya, dengan memperhatikan kondisi kesehatan si sakit dan konsultasikanlah dengan sang dokter mengenai makanan yang dapat dikonsumsi si sakit.
Selain menanyakan kondisi kesehatannya, si sakit sebaiknya dihibur. Tak hanya dihibur, sebaiknya pula kita menceritakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan si sakit. Jangan mengungkit-ungkit hal-hal yang tak mengenakkan si sakit. Dengan menghiburnya dan menceritakan kebaikan-kebaikannya, akan membuat si sakit merasa tenang dan dapat mempercepat proses penyembuhannya.
Dan tentu saja, ketika kita menjenguknya, tak lupa kita mendoakan kesembuhan bagi si sakit. Keyakinan manapun tentu mengajarkan agar kita mendoakan orang yang sedang sakit agar segera lekas sembuh dan dapat beraktifitas kembali seperti sedia kala.
Bagi yang menjenguknya, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Hal itu mengingatkan kepada mereka bahwa begitu mahalnya apa yang dinamakan kesehatan. Kesehatan baru akan terasa tak ternilai ketika sedang jatuh sakit. Tentu saja diharapkan agar mereka, para penjenguk si sakit, tersadar dan terdorong untuk lebih memperhatikan gaya hidup dan perilaku mereka. Di kala sehat, hiduplah secara teratur dan seimbang. Seperti, makan secara teratur dan yang menyehatkan, berolahraga, menjauhi begadang dan aktivitas yang tak perlu. Dan juga yang penting, jangan tinggalkan ibadah. Jangan hanya ketika sakit, kita baru giat beribadah dan ingat akan Tuhan. Betul?
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun