oleh: Tedy J. Sitepu *
"Dapat dikatakan bahwa tidak ada 'Negara yang belum berkembang'. Hanya ada Negara yang tidak terkelola," Peter F Drucker dalam buku The Daily Drucker.
Ada dua tugas utama setiap pemimpin. Tugas yang pertama adalah sebagai figure yaitu orang yang member visi, member inspirasi, menjadi tokoh dari organisasi yang dipimpinnya. Tugas yang kedua adalah sebagai manajer yaitu orang yang merencanakan, mengelola sumber daya, dan memastikan organisasinya mencapai tujuan yang diamanahkan kepadanya.
Sedemikian pentingnya manajemen ini sehingga ahli manajemen seperti Drucker menyatakan, "perkembangan ekonomi dan sosial adalah hasil dari manajemen". Dalam konteks manajemen Negara dapat diartikan semakin baik kualitas manajemen suatu negara semakin baik pula hasil ekonomi dan sosialnya. Sebaliknya, kondisi ekonomi dan sosial yang buruk menunjukkan manajemen negara yang buruk pula.
Siapa manajer pada suatu negara. Mereka adalah semua pejabat mulai dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Baik pejabat di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Mulai dari presiden hingga kepala bagian loket pelayanan.
Pada hakikatnya semua pejabat negara punya tugas yang sama yaitu menyusun rencana, mengelola sumber daya, dan memastikan organisasinya mencapai tujuan yang diamanahkan kepadanya. Tujuan utama mereka juga sama. Mereka bertanggung jawab mencapai tujuan terwujudnya kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945.
Tentu saja beban dan lingkup tanggung jawabnya berbeda-beda sesuai jenjang dan fungsinya. Pejabat di bidang hukum bertugas memastikan tujuan organsasinya yaitu tegaknya hukum tercapai. Pejabat di bidang pendidikan bertugas memastikan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa juga tercapai. Pejabat di bidang pangan bertanggung jawab memastikan masalah pangan bagi rakyat teratasi. Demikian seterusnya.
Merujuk pada pernyataan Drucker tentang pengelolaan negara mari kita lihat bagaimana negara kita diurus. Kita perlu melihat bagaimana para manajer negara mengurus mulai dari masalah strategis seperti pembangunan infrastruktur, arah pengembangan industri, konsep pembangunan manusia Indonesia, masalah listrik, mengatur ruangan penjara, sampai masalah administrasi.
Menjadi manajer tidak cukup berhenti hanya pada visi, cita-cita, atau slogan-slogan saja. Menjadi manajer berarti bertanggung jawab hingga hasil akhir yang diamanahkan padanya.
Betapa mirisnya kita merasakan giliran pemadaman listrik di ibu kota negara dan kota-kota lainnya. Produk-produk kita kalah bersaing dengan produk-produk negara lain karena mahalnya berbagai biaya dan pungutan. Belum lagi tertinggalnya berbagai infrastruktur strategis kita dibanding negara lain.
Betapa sedihnya kita mengetahui ternyata banyak tangan yang berkuasa di luar sistem yang bisa mengendalikan proses hukum. Kita juga prihatin para pejabat berdebat. Bahkan, sampai saling memaki untuk membahas sebuah kasus yang sebenarnya hanya berpengaruh sebagian orang kaya saja.
Kita juga kecewa melihat para pejabat yang lihai berargumen untuk menjelaskan bahwa fasilitas mobil mewah itu tidak melanggar aturan. Tapi, belum pernah kita lihat para pejabat saling berdebat keras. Atau kalau perlu saling memaki untuk urusan rakyat miskin, pendidikan anak-anak, atau masalah pengobatan rakyat miskin.
Kita tentu akan bangga melihat pejabat negara yang mengurangi anggaran fasilitas mobil dinasnya agar segera bisa memperbaiki sekolah-sekolah yang akan ambruk. Kita ingin mendengar para pejabat juga melakukan rapat hingga dini hari agar para pengemis dan pengangguran mendapat pekerjaan dan hidup dengan layak. Kita tentu berharap pejabat negara juga mampu melakukan rekayasa keuangan agar rakyat dapat memperoleh layanan kesehatan dengan murah.
Kita rindu pejabat negara yang menganggap urusan kesejahteraan rakyat adalah masalah utama yang harus dikelolanya. Mereka yang tinggi dengan visi dan konsep-konsep tapi juga terampil memastikannya berjalan di lapangan. Mereka mengelola sumber daya negara ini sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Merekalah para manajer negara yang sebenarnya yang akan membawa kemajuan ekonomi dan sosial seperti disebut Drucker. Kita rindu pejabat negara yang tidak hanya peduli pada kemewahan dan merek mobil dinasnya.
*) Penulis Adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Paramadina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun