Senin, 11 Oktober 2010

Seporsi Sate Pak Yadi

Oleh: Sonny Wibisono *

"Mother, how are you today? Mother, don't worry, I'm fine. Promise to see you this summer. This time there will be no delay."
-- Maywood dalam 'Mother How are You Today?'

SELESAI meeting, Ratno pun berpamitan. Hasil yang menggembirakan. Klien setuju dengan proposal yang diajukan timnya. Jabat tangan erat menghangatkan malam yang basah. Pertemuan di restoran itu pun usai. Semua tersenyum senang. Ratno ingin segera pulang, dia teramat letih.

Namun kemana Yadi? Sopir kantor yang sedianya siap di halaman parkir. Lagi pula restoran ini tidak memiliki area parkir yang luas. Hanya muat enam hingga delapan mobil. Semestinya, Avanza hitam ada di sana. Ratno menengok ke kiri dan ke kanan. Tak kelihatan. Sampai akhirnya dia pun memencet tuts ponselnya. Yadi, sopir kantornya pun menjawab akan segera kembali dalam waktu lima menit.

Lima belas menit berlalu, tak terlihat lampu mobilnya masuk. Ratno kian gelisah. Sempat terpikir untuk naik taksi saja ke kantor. Tapi niat itu urung karena mobil Avanza hitam sudah masuk ke halaman parkir. Ratno yang kesal langsung masuk mobil, dan hampir menumpahkan kekesalannya, bila Yadi tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan maaf.

Mata Ratno menoleh sesuatu. Di kursi depan teronggok satu bungkus plastik berwarna hitam. Rupanya itu yang membuatnya datang terlambat. Tercium bau sate menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut. Sepuluh tusuk sate daging ayam masih terasa hangat. "Buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget, maaf ya pak," kata Yadi sekali lagi.

Yadi pun berkisah tentang ibunya yang sudah tua dan susah menemukan selera makannya. Nah, biasanya dengan menu sate ayam seperti ini dia mau makan. "Biasanya lahap," kata Yadi lagi. Si Ibu yang kini tersisa. Ayahnya sudah lama wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian.

Ratno tak mau bertanya banyak lagi. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Kalau saja sate yang dibelikan Yadi untuk ibundanya ditaruh di mobil, sudah pasti akan dingin begitu sampai di rumah. Pertama, dia harus mengantarkannya pulang ke rumah. Lalu Yadi kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil. Setelah itu Yadi masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda motornya. Sudah pasti jadi anyep nasib sepuluh sate itu. Di mobil ini saja, sate itu sudah ditiup pendingin udara.

"Pak Yadi, AC-nya dimatikan saja. Dingin banget, saya juga pengen merokok." Sebenarnya dia ingin agar sate yang dibawa Yadi tak begitu dingin. Begitu AC di matikan, Ratno membakar rokoknya.

Dalam asap yang tersembur, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang sudah sepuh di sudut kota Jakarta. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. Kesibukan pekerjaan dan berbagai problema yang harus dihadapinya sering kali membuatnya lupa untuk sekadar meneleponnya.

Tiba-tiba sebungkus sate daging ayam Yadi menohoknya. Yadi, yang penghasilannya tak seberapa bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian menyisihkan uangnya untuk membeli seporsi sate ayam. Sedangkan dirinya? Dia nyaris melupakan semuanya tentang ibunya, perempuan yang melahirkan dan membesarkannya dengan segala suka dan dukanya. Dia tahu ibunya sangat menyukai roti bakar yang katanya selalu menjadi makanan romantis bersama suaminya yang telah wafat beberapa tahun silam.

Ratno membatin. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon rumah ibunya. Sayang tak ada jawab. Bik Ummi, wanita yang setia menemani ibunya juga pasti telah terlelap. Tak lama setelah melewati pertigaan, Ratno pun menyuruh Yadi menghentikan mobilnya. Padahal jarak ke kantor masih jauh.

Ratno menyuruh sopirnya langsung ke kantor. "Nanti Pak Yadi kemalaman sampai di rumah." Dia sendiri memilih meneruskan perjalanan dengan menggunakan taksi. Betapa indahnya hidup Yadi, yang teramat menyayangi ibunya.

Tak lama kemudian, Ratno menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna biru itu, dia menahan haru dan perasaaan bersalah. Sebuah janji dicatat dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan anak dan istrinya.

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun