Jumat, 15 Oktober 2010

Jangan Biarkan Kebaikan Pergi dari Kehidupan Kita

Tak perlulah kita gundah untuk semua kebaikan yang kita lakukan meski sekuat tenaga kebaikan yang coba kita torehkan untuk orang lain tetapi orang lain tetap tak bergeming, curiga, bahkan menyudutkan dengan tuduhan bahwa seolah mereka mencium aroma kebusukan di balik semua tindakan yang kita lakukan.

Risau dan gundah, buanglah jauh-jauh perasaan demikian. Bisa jadi mungkin orang tidak memahami dengan pasti kebaikan yang kita berikan, atau kemampuan atau sumber daya menerima untuk menerima kebaikan kita terbatas, atau bisa jadi memang itu memang sebuah ujian untuk kita hadapi dalam menaiki anak tangga ketulusan.

Janganlah banjirnya pujian membuat kita begitu terlena, atau sebaliknya janganlah pula kita berlama-lama dengan kecewaan yang mendera akibat
penerimaan orang lain tidak seperti yang kita harapkan. Karena memang kita tak pernah mengukur sebuah ketulusan dan pamrih.

Dan tentunya mendengar pujian adalah sebentuk pamrih juga yang semestinya tak diperlukan dalam sebuah ketulusan. Jelas bukan, putuskan ikatan kekecewaan
dari hati kita oleh cibiran dan hinaan orang lain yang terus mengganggu niat baik yang keluar dari lubuk hati yang tulus. Biarkan hati kita mengalir butiran air kebaikan dalam keluasan samudera hati.

Berbuat baiklah terus seakan-akan kita tak menyadari sedang melakukan kebaikan. Semestinya memang kita tak perlu merasa baik, karena di saat kita
merasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari kita. Ia menjadi sesuatu yang lain dari diri kita. Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita. Di saat mengasah sebuah pisau, takkan kita dapati ia menjadi tajam, hingga kita berhenti untuk merasakan ketajamannya.

Di saat kita melakukan kebaikan, kita tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalir begitu saja, karena hanya bila kita berhenti sajalah kita baru bisa merasakannya. Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik kita. Di saat kita berusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.

Biarkan orang lain memperlakukan kita dengan sikap atau cara apapun yang mungkin dapat saja begitu menyakitkan hati, biarkan kebaikan kita dihempaskan
sedemikian rupa, karena memang mutiara tetaplah mutiara meski terletak di dasar lumpur pekat sekalipun. So, tak ada alasan kita menjadikan hati nelangsa dan gundah gulana. Yang pasti dunia kita tidak akan segera berakhir hanya karena orang lain tak menyukai keberadaan dan segala kebaikan yang kita lakukan, bukan!

Have a positive day!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun