Senin, 11 Oktober 2010

If Life is So Short

Saya pertama kali bertemu dengan Charles dan Linda Graham saat pasangan
asal Amerika itu ikut serta dalam rombongan tur ke Eropa Barat yang saya
pimpin, kira-kira 12 tahun yang lalu. Ketika itu mereka mengadakan
perjalanan dalam rangka memperingati ulangtahun emas perkawinan mereka.
Saya banyak berkomunikasi dengan mereka sebab mereka duduk di baris
pertama pada bus yang kami kendarai sepanjang perjalanan, tepat di
belakang bangku tempat duduk saya.

Selama 14 hari perjalanan mengunjungi 9 kota di 5 negara, pasangan yang
sudah berusia lebih dari 70 tahun itu kerap menjadi perhatian saya.
Bukan karena saya mengkhawatirkan kondisi fisik mereka yang mungkin
kelelahan akibat perjalanan panjang, karena untuk ukuran kebanyakan
orang seusianya, mereka tergolong cukup sehat dan lincah. Yang saya
perhatikan justru bagaimana mereka tampak begitu menikmati setiap momen
dalam perjalanan tersebut.

'Pengamatan' yang saya lakukan secara sembunyi-sembunyi terhadap mereka
- entah dengan mencuri pandang melalui kaca spion bus yang kebetulan
mengarah langsung pada mereka, atau memperhatikan bagaimana mereka
berunding untuk menentukan mau pergi ke mana ketika acara bebas-membuat
saya melihat ada sesuatu yang 'berbeda' diantara keduanya dibandingkan
para peserta lain. Keduanya tampak sangat ceria, yang terpancar jelas
dari raut wajah mereka yang sudah dipenuhi keriput.

Rasa penasaran saya atas pasangan Charles dan Linda belum sempat
terjawab ketika perjalanan yang kami lakukan sudah harus berakhir.
Seluruh rombongan berpisah untuk kembali ke tempat tinggal
masing-masing, sementara saya melanjutkan hidup saya seperti biasa.

Setahun berikutnya, ketika ditugaskan untuk memimpin sebuah rombongan
tur ke Eropa Timur, secara tak sengaja saya bertemu lagi dengan Charles
dan Linda yang ternyata juga ikut serta dalam rombongan tur yang saya
pimpin saat itu. Kali ini mereka melakukan perjalanan untuk merayakan
ulangtahun perkawinan yang ke-51.

Lantaran sudah saling kenal sebelumnya, kami menjadi cepat akrab.
Sebenarnya, saat itu saya hanyalah seorang tur leader pengganti lantaran
tur leader yang seharusnya memimpin perjalanan tersebut mendadak jatuh
sakit. Di awal perjalanan, saya berterus terang kepada para peserta tur
bahwa saya kurang familiar dengan rute perjalanan kali ini.

Di luar dugaan, Charles secara diam-diam berbicara banyak tentang saya
kepada para peserta tur lainnya berdasarkan pengalaman yang dialaminya
saat ikut serta dalam rombongan tur yang saya pimpin setahun sebelumnya.
Tentang bagaimana saya sudah menjadi tur leader yang menurut dia sangat
baik dan caring serta berbagai hal-hal positif lainnya.

Berkat dia pulalah, sebagian besar peserta tur jadi memiliki penilaian
positif terhadap saya. Konsekuensinya, saya jadi lebih tertantang untuk
berbuat semaksimal mungkin, memberikan kualitas layanan yang terbaik dan
memuaskan.

Pengalaman memimpin grup tur ke Eropa Timur saat itu adalah awal
perjalanan karir saya sebagai seorang tur leader, namun justru di saat
saya merasa banyak kemungkinan untuk melakukan kesalahan karena minimnya
'jam terbang' dan penguasaan medan, hampir seluruh peserta tur malah
memberikan dukungan positif atas apa yang saya lakukan saat itu sehingga
saya merasakan situasi yang nyaman sepanjang perjalanan tersebut. Dan
semua itu disebabkan karena berbagai pernyataan positif yang disampaikan
oleh Charles.

"Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, kalau bisa membuatnya lebih
indah, kenapa harus dijalani dengan airmata. Kalau bisa memotivasi orang
lain dengan pujian, mengapa kita harus menyampaikannya dengan celaan?"
demikian kata Linda saat saya menyampaikan terimakasih atas 'promosi'
yang dilakukan suaminya untuk saya.

Prinsip "Life is too short" yang dianut oleh Charles dan Linda itu
membuat saya merenung tentang makna hidup yang sudah saya jalani saat
ini. Usia pernikahan yang mereka jalani hingga sanggup mencapai angka di
atas 50 tahun adalah suatu hal yang langka, dan menurut saya perjalanan
hidup mengarungi kehidupan selama 70 tahun lebih bukanlah waktu yang
singkat pula.

"Kita tidak pernah tahu kapan hidup ini bakal berakhir, kapan saat
terakhir kita bakal bertemu dengan orang yang kita kasihi. Bisa saja
besok saya atau kamu dipanggil Tuhan, dan alangkah menyesalnya kita
ketika menyadari betapa banyak hal yang sebenarnya ingin kita capai,
ternyata tidak pernah terwujudkan. Jika setiap saat kita berpikir bahwa
hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, maka kita akan termotivasi
untuk memberikan makna terbaik pada hari-hari yang kita jalani saat
ini," demikian ungkap Charles panjang lebar. "Dan jika pada kenyataannya
kita diberi anugerah untuk menjalani hidup ini lebih lama, bukankah
hari-hari yang sudah kita lalui bakal menjadi rangkaian kenangan nan
indah? "

Selama kehidupan pernikahan kami, rasanya kami tidak sempat meributkan
hal-hal kecil karena waktu kami telah tersita dengan pemikiran bagaimana
mengisi hari-hari 'pendek' kami dengan sebaik mungkin."

Perkataan Charles dan Linda itu terus melekat di benak saya hingga kini.
Prinsip hidup yang mereka anut telah berhasil mempengaruhi jalan
pemikiran saya, sehingga sejak saat itu saya menjalani kehidupan dengan
lebih bersemangat.

Ketika menikah beberapa tahun yang lalu, saya bersama istri juga telah
bersepakat untuk menjalani kehidupan ini dengan prinsip 'life is so
short'. Setiap saat kami selalu berpikir bagaimana caranya agar mengisi
hari-hari kami dengan sebaik mungkin. Peringatan hari ulang tahun saya
dan istri, maupun ulangtahun pernikahan, kami menjadi ajang untuk
introspeksi tentang hari-hari yang telah kami lewati bersama, sekaligus
merencanakan apa yang akan kami lakukan untuk kurun waktu setahun ke
depan.

Kami menjadi lebih ekspresif dalam mengungkapkan isi hati dan perasaan
masing-masing dan tidak ragu-ragu untuk saling mempersembahkan yang
terbaik dan berupaya untuk saling membahagiakan satu sama lain. Setiap
kali ada konflik yang terjadi, kami berupaya untuk menyelesaikannya
dengan sesegera mungkin.

Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga yang kami
jalani barulah 'seumur jagung', sehingga saat ini kami baru menikmati
yang manis-manis saja. Memang benar, selama hampir dua tahun kehidupan
pernikahan kami, hampir bisa dipastikan kami jarang bertengkar.
Perselisihan memang ada, namun kami berdua senantiasa mengupayakannya
agar persoalan yang kami hadapi tidak melebar dan meluas ke mana-mana.
"If you can make it simple, why make it hard?", begitu kata Linda.

Apabila setiap saat kami mempertahankan prinsip yang sama dalam
menjalani hidup ini, dan ketika nantinya kami dikaruniakan umur panjang
untuk bisa merayakan ulangtahun pernikahan yang ke-10, 20, 30 atau
bahkan yang ke-50 seperti Charles dan Linda, wow.... betapa bernilainya
hari-hari yang telah kami jalani selama ini, dan betapa banyak kenangan
indah yang telah terukir sepanjang kehidupan ini.

Dan kalaupun toh kami tidak dikaruniakan usia yang panjang, setidaknya
kami berdua sudah pernah melewati hari-hari yang indah bersama-sama.

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat kiriman surat dari Linda (kami
memang sering saling berkirim surat semenjak pertemuan kami di Eropa
bertahun-tahun lalu). Di suratnya Linda menceritakan bahwa Charles telah
meninggal dunia, beberapa saat setelah peringatan ulangtahun pernikahan
mereka yang ke-62. Herannya, saya tidak menangkap kesan kesedihan di
dalam suratnya tersebut.

Bahkan dia mengatakan bahwa mereka berdua sudah sejak lama bersiap
menghadapi momen perpisahan yang tak mungkin terelakkan oleh manusia
manapun di dunia ini. Linda mengungkapkan bagaimana beruntungnya mereka
bisa melewati saat kebersamaan yang panjang, dan bersyukur atas begitu
banyak peristiwa yang boleh mereka jalani berdua. Dan ketika memang
'saat' itu tiba, yang terungkap justru rasa syukur karena telah diberi
banyak kesempatan untuk menjalani hari demi hari bersama dengan orang
yang dicintainya.

When you think your life is so short and when you always keep trying to
fill up your days with cheers and laughter; someday you'll be amazed,
how many great moments you've been through in your lifetime. Itulah
kalimat penutup yang ditulis Linda Graham dalam surat terakhir yang
dikirimkannya pada saya.

............ .

If life is so short..
Why don't you let me love you ?
Before we run out of time..
If love is so strong..
Why won't you take the chance ?
Before our time has come
If life is so short
............
('If life is so short' - The Moffats)

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun