Oleh: Sonny Wibisono *
"Kalau gajah lihat gadingnya, kalau harimau lihat belangnya."
-- Peribahasa Indonesia
TUGAS ke luar kota kali ini jatuh pada Romi. Akhir pekan, dia pergi ke Surabaya, Jawa Timur. Mendadak memang, tapi Romi sudah terbiasa. Seperti biasa, Romi hanya mengepak pakaian untuk beberapa hari. Soal tiket pesawat dan tempat menginap, semua sudah ditangani Gita, sekretaris kantor yang baru dua bulan bekerja. "Aldo, kurir biro perjalanan akan mengantarkan tiket di bandara," katanya pada Jumat sore menjelang bubaran kantor. Tak ada waktu lagi untuk mengambil tiket. Gita sudah mengirimkan pesan pendek pada Aldo.
Pagi betul, Romi sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia hanya celingukan. Teleponnya bisu. Tak ada panggilan dari Aldo, sang kurir. Kemanakah Aldo gerangan? Waktu penerbangan kian mepet. Romi panik dan mencoba menelepon Gita. Dia tidak tahu nomor telepon Aldo.
Ternyata Gita tak bisa dikontak. Di akhir pekan, telepon seluler memang banyak yang tidak aktif. Hari libur, siapa yang mau diganggu oleh pekerjaan. Begitu pikir Romi. Akhirnya, dia membeli tiket di loket. Penerbangan ke Surabaya untungnya banyak pilihan maskapai. Tiket masih ada. Romi pun terbang ke Surabaya.
Namun persoalan ini belumlah selesai. Setelah kembali ke Jakarta, Romi mengajukan klaim pada perusahaan. Uang sakunya dipakai untuk membeli tiket. Dari situlah ketahuan, pesan pendek Gita pada Aldo, sang kurir tak pernah sampai. Dalih si kurir, setiap tiket adalah rezeki bagi perusahaannya. Tidak mungkin mereka mengabaikan itu. Jadi, kenapa pesan pendek itu tak sampai? Entahlah, itu gelap.
Rupanya semua peristiwa ini berpangkal pada keteledoran Gita. Setelah mengirimkan pesan pendek, dia pun merasa tugasnya selesai. Dia tidak mencek lagi pesannya itu pada Aldo. Akhirnya Romi yang kelabakan. Gita pun kena tegur. Bos memberi peringatan keras padanya. Romi kena getahnya pula, mengapa ia mentah-mentah mempercayai Gita dan tak ikut menceknya pula.
Sepele sepertinya. Tapi siapa nyana keteledoran ini bisa berbuah panjang. Masih bagus Gita tidak kehilangan pekerjaan. Padahal semua itu bisa dihindarkan. Syaratnya tidak langsung percaya dengan semuanya. Termasuk pada teknologi. Semestinya hanya dengan menelepon sebentar saja, just make sure, semua bisa dipastikan.
Inilah yang dinamakan 'check and recheck', istilah yang dapat diartikan sebagai langkah untuk meneliti kebenaran bahan informasi sebelum diinformasikan ke orang lain. Atau dikenal pula dengan 'periksa dan periksa kembali'. Semua urusan harus dipastikan kepastian, akurasi, dan kebenarannya. Kalau sudah terjawab semuanya, bolehlah segera tidur dengan tenang.
Sepertinya itu juga yang tidak dilakukan oleh mereka yang meneruskan kabar tentang wafatnya Gesang, Kamis, 20 Mei lalu. Semua orang pun kemudian mengucapkan belasungkawa. Berita tersebut diketahui ternyata salah. Pihak keluarga membantah kabar tersebut.
Kejadian itu ternyata berulang. Ibu Hasri Ainun Habibie yang dirawat di Rumah Sakit Ludwig Mazimilians Universitat, Klinikum Gro'hadern, Munich, sempat dikabarkan wafat pada pagi hari tanggal 22 Mei. Kabar ini terlanjur menyebar cepat melalui pesan pendek dan situs jejaring sosial. Bahkan kediaman Mantan Presiden Indonesia, Habibie sempat dikirimi bunga duka cita oleh beberapa golongan masyarakat. Nyatanya, berita itu lagi-lagi keliru.
Tampaknya di masa teknologi semakin maju, kabar menyesatkan seperti ini bukan hal aneh dan malah mendapatkan peluang yang lebih besar. Berbagai situs jejaring sosial semacam twitter dan facebook mudah diakses siapa saja. Juga penyebaran informasi melalui ponsel dan gadget yang semakin mewabah. Siapa pun bisa mengirimkan berita. Berita yang benar, apalagi yang bohong.
Ini yang membahayakan. Pasalnya, pengikut atau followers dari akun seseorang di twitter bisa berjumlah ribuan. Ini baru satu contoh. Belum lagi situs jejaring sosial lainnya. Ditambah ponsel dan gadget. Jadi bisa dibayangkan, bila mereka yang latah dengan menginformasikan berita ini ke orang lain. Banyak orang akan kecele.
Lantas apa yang bisa dilakukan dengan ini? Ya, periksa dan periksa kembali. Kalau Anda punya followers di twitter, seharusnya menyaring kembali. Tidak asal mengirimkan atau meneruskannya. Begitu pula pada pesan pendek yang diterima melalui ponsel atau gadget. Cek kabar terakhir dari situs berita atau orang yang layak dipercaya. Jangan satu, tapi beberapa lainnya. Kalau sudah yakin benar, silakan teruskan.
Bila pada persoalan yang tidak secara langsung menyangkut diri Anda saja sudah begitu peduli, apalagi yang menyangkut diri sendiri. Sudah tentu, keteledoran seperti yang dilakukan Gita tidak akan terulang.
Melakukan 'check and recheck' tak hanya berguna bagi diri Anda sendiri, kolega, teman, atau lembaga tempat Anda bekerja, tapi juga untuk kemaslahatan orang lain. Cukup mudah melakukannya. Tak butuh waktu lama. Persis seperti saat kita mencoba mikrofon saat berkaraoke, misalnya. "Cek, cek, cek. Satu-dua-tiga." Setelah semua berjalan baik, bernyanyilah sepuas hati.
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun