Sabtu, 09 Oktober 2010

Waspada

Oleh: A. B. Susanto

Salah satu sifat pemimpin yang baik adalah senantiasa waspada terhadap kondisi lingkungan sekitar yang kian kompleks dan berubah dengan cepat. Dia juga waspada terhadap arus informasi yang begitu cepat dan deras, yang kerap mengubah nasib perusahaan dalam waktu sekejap.

Pemimpin yang demikian, menurut Day dan Shoemaker, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, ditandai dengan kuatnya rasa ingin tahu, selalu siaga, serta berani bertindak meski berbekal informasi yang tidak lengkap. Tak kalah penting, mereka rajin mencari tahu serta mampu mengenali isyarat kemungkinan timbulnya masalah. Kewaspadaan juga mencakup kemampuan mengenali peluang-peluang untuk menciptakan pertumbuhan dan juga ancaman-ancaman yang berpotensi menimbulkan kerusakan dahsyat bagi perusahaan. Kesemuanya dilakukan sebelum pesaing melakukannya.

Krisis yang menimpa banyak negara atau perusahaan, seperti krisis ekonomi di Asia pada akhir dekade 1990-an, krisis keuangan 2008, kasus tumpahnya minyak BP di teluk Meksiko, dan tercemarnya susu buatan China acap terjadi akibat kekurangwaspadaan para pemimpin.

Kewaspadaan pemimpin dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pengumpulan dan penyebaran informasi yang berasal dari aneka ragam sumber. Sumber daya yang memadai juga dapat dialokasikan. Proses perencanaan menjadi lebih luwes dengan jangkauan lebih luas.

Pemimpin dengan tingkat kewaspadaan tinggi, menurut Day dan Shoemaker, bersikap terbuka terhadap aneka ragam perspektif, memiliki tinjauan strategis, dan mendorong pengikutnya untuk rajin melakukan penelusuran secara luas dengan menciptakan budaya penemuan (culture of discovery).

Mereka adalah orang-orang yang sangat mumpuni dalam mendengarkan, mengobservasi, serta berhadapan dengan ambiguitas dan paradoks.

Pemimpin yang waspada memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berorientasi jangka panjang. Mereka merasa nyaman dikelilingi oleh pengikut yang dinamis, cerdas, serta rajin mencari peluang-peluang baru. Mereka jauh dari sikap otoriter, yang lebih suka memutuskan sendiri segala sesuatu tanpa mempertimbangkan orang lain serta menganggap orang-orang yang tidak sepaham sebagai musuh. Sebaliknya, mereka adalah pendengar yang baik, serta terus-menerus melebarkan jejaring.

Agar memiliki tinjauan strategis, pemimpin yang waspada menerapkan pendekatan yang lebih luwes terhadap strategi, menampung aneka ragam masukan, dan memantau secara dinamis.

Mereka terlebih dahulu melihat kondisi di luar organisasi sebelum menyusun rencana strategis, bukan langsung menentukan target pertumbuhan dan kinerja keuangan. Pemimpin juga mendorong pemikiran lebih mendalam melalui aneka inisiatif, sehingga orang-orang di bawahnya merasa tertantang untuk menghasilkan peluang-peluang baru beserta implikasinya.

Pemimpin yang waspada mengembangkan budaya penemuan di seluruh organisasi. Mereka sengaja menciptakan celah agar dapat dimanfaatkan karyawan untuk menelusuri wilayah-wilayah di luar fokus mereka. Mereka juga menciptakan budaya yang mendorong keberanian mengambil risiko dan fleksibilitas yang lebih tinggi.

Sayangnya, pemimpin dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi masih tergolong sedikit. Kebanyakan dari mereka masih terlalu berfokus pada hal-hal yang sifatnya operasional, terjebak dalam rutinitas tetapi cenderung abai terhadap situasi yang terjadi di lingkungan sekitar.

Aneka pujian

Agaknya, hal ini disebabkan oleh faktor penghargaan. Pemimpin yang berhasil kinerja unggul mendapat aneka pujian dan penghargaan. Demikian pula sebaliknya, pemimpin yang gagal mengeluarkan perusahaan dari krisis dikritik habis, bahkan diberhentikan.

Namun, pemimpin yang mampu mengantisipasi dan menghindarkan perusahaan dari krisis jarang mendapat penghargaan. Masalah lainnya terletak pada pengelolaan SDM, seperti dalam hal kebijakan promosi Biasanya seorang karyawan dipromosikan berkat kemampuannya mencapai target yang terukur, seperti meningkatnya penjualan dan efisiensi biaya.

Namun, kemampuannya untuk mengenali kondisi lingkungan sekitar secara lebih rinci kurang diperhatikan. Faktor-faktor lain penyebab kurang waspadanya pemimpin adalah rendahnya komitmen, kurangnya disiplin, serta buruknya daya tahan pemimpin.

Lantas, resep-resep apa sajakah yang dapat diterapkan guna menumbuhkembangkan pemimpin yang senantiasa bersikap waspada dalam perusahaan? Menurut Wolfe, para pemimpin harus memberikan pengakuan dan penghargaan bagi karyawan yang membuka mata dan telinganya guna mengamati lingkungan perusahaan.

Pemimpin tidak boleh sekadar meminta karyawan mengerjakan sesuatu tanpa memberi penjelasan atau kesempatan mengajukan pertanyaan secara kritis. Jika demikian, karyawan tidak akan merasa nyaman mengemukakan pendapatnya. Berikutnya merekrut karyawan yang awas terhadap tren-tren di pasar dan perubahan peta persaingan, saat ini dan masa mendatang.

Termasuk karyawan yang menawarkan pandangan-pandangan baru seputar perusahaan dan lingkungan sekitar. Kriteria yang sama juga dapat digunakan untuk penilaian kinerja, pengembangan karier, dan kebijakan kompensasi.

Melalui kewaspadaan yang tinggi, pemimpin bukan saja mampu mengenali peluang-peluang untuk kemudian memanfaatkannya secara optimal, melainkan juga potensi timbulnya masalah pada masa depan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus senantiasa mengedepankan kewaspadaan.



__._,_.___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun