Rabu, 23 Januari 2008

Cara Praktis Kerja Ke Luar Negri

Kerja ke luar negri? Why Not!!! (bukan “why not?”). Terutama bagi
mereka yg punya naluri merantau, kerja ke LN sangat menjanjikan. Kira-kira,
ke mana ya, merantau ke luar negrinya? Malaysia? Aaah…. Malaysia
lagi, Malaysia lagi. Memangnya luar negri itu Malaysia doang. Di Malaysia
sana sudah seabrek-abrek orang Ina (Indonesia). Mau jadi pendatang
legal saja susahnya minta amit, apalagi jadi pendatang harom. Tapi tak
apa-apa kalau anda bersedia dicambuk.

Sebenarnya sangat TANGGUNG, kalau merantau ke LN tapi tujuannya
Malaysia. Sebab budaya serta bahasanya masih sama. Uangnya pun tak seberapa
besar buat dikoleksi untuk hari tua. Mungkin karena persamaan budaya dan
bahasa itulah, banyak orang Lamongan sana, nekat menjadi pendatang
haram ke Malaysia. Sayangnya, jauh-jauh ke negri orang, paling banter jadi
buruh kasar di kebun-kebun atau konstruksi bangunan. Yah, nasib. Jarang
yg bisa sampai berjaya meniti tangga karir di jajaran executive dunia
perniagaan atau birokrat.

Jadi, menengok pengalaman yg sudah-sudah, bahwa kebanyakan orang Ina yg
merantau ke LN jadi tenaga kasar, baik di kebun, jalanan atau buruh di
pabrik-pabrik, maka TIDAK USAH TANGGUNG-TANGGUNG merantaunya.
Alternatif negara lain, selain Malaysia, bisa kita cari, seperti Australia,
Eropa, atau amerika, Canada, yg, memang sukar untuk dipungkiri, merupakan
GUDANG DUIT. Ke Timur Tengah boleh juga, semacam Arab Saudi (KSA) atau
Uni Emirat Arab (UEA).

Merantau, Kalau masih sesama negara Melayu, macam Malaysia, Thailand,
Philipine atau Vietnam, kurang memberi prospek yg baik untuk ngumpulin
duit. Di Malaysia, seperti ditulis di atas, orang kita sudah berjubel.
Di Brunei mending, soalnya penduduknya sikit. Ke negara-negara Arab pun
syah-syah saja. Cuma kebanyakan yg dicari orang Arab tenaga non-skill,
macam sopir, pembantu dlsb. Negara bule yg enak untuk cari duit adalah
England, Amerika, dan Australia. Seandainya kita datang ke 3 negara tsb
secara illegal, tak akan dicambuk dan dipenjara macam di Malaysia.
Malah didata dan diberi makan dan dicarikan kerja, kalau mengku sebagai
assylum seeker, pencari suaka.

Mungkin ada nada “miring” dg ide ini. Semuanya kan, tergantung niat.
Kita ke negri bule “mau ngapain”. Mau ikut-ikutan budayanya atau cari
duit. Atau cari duit sambil menebar benih ideologi. Yaitu, selain cari
duit, kita coba MENGINVASI negara-negara barat itu, dg ideologi kita.
Kalau dulu mereka menginvasi benua yg mereka duduki dg menjajah, membunuh,
merampas, maka kita menginvasi dg cara yg baik-baik: cari kerja. Kalau
perlu menetap di sana, kawin di sana, beranak pinak dan berkembang biak
di sana.

Sebelum mengajukan kerja ke negri sebrang, siapkan dulu bekal yg paling
pokok, yaitu bahasa Inggris. Kegunaan bhs Inggris dalam kapasitasnya
sebagai sarana untuk mencari uang, tak dapat diingkari, memang sangat -
sangat vital.

Malangnya di Indonesia bhs tsb kurang mendapat support di dunia
pendidikan maupun di dunia pergaulan umum. Pemerintah pun nampaknya cuek
bebek saja dg bhs yg satu ini. Yg sering digembar-gemborkan adalah
fanatisme buta nasionalis. Kalau ada yg ngomong Inggris, dinilai berkurang
nasionalismenya. Para petinggi lokal di daerah-daerah pun terlalu fanatik
dg kesukuannya, dg mengkampanyekan bhs daerah.

Di samping faktor akustik lidah orang Indonesia, faktor malu-malu masih
memegang peranan dalam sejarah perkembangan bhs Inggris di Indonesia.

System pengajarannya masih terpola bagaimana “supaya TIDAK SALAH”
ketika mengucapkan susunan katanya. Walhasil study grammar yg njelimaet yg
lebih erat nemplok di kepala, ketimbang vocabulary dan idiom-idiom yg
harus diucapkan.

Saya sempat terkaget-kaget ketika mengajar bhs Inggris orang-orang
Indonesia, yg rata-rata bekumis dan pesertanya membahas “Past Tense”, “Past
Future Perfect Tense”, “Present Perfect Almost Past Future Tense” atau
tens-tens yg lainnya lagi, tapi ketika saya minta mereka mengeja A,B,C
sampai Z dlm bhs Inggris, Cuma 2 orang yg bisa. Yg lainnya musti
muter-muter dulu sambil cengengesan.

Dan ketika saya berpura-pura menjadi Native English, dg menekuk lidah
macam orang bule, mereka ndak bisa menggunakan telinga “bule” mereka
untuk menangkap gelombang-gelombang suara yg saya keluarkan. Benar-benar
memprihatinkan.

Tapi ketika saya ngobrol-ngobrol dg anak-anak usia 7 th di Malaysia,
Singapore, Afrika Timur, dalam bhs inggris, bhs Inggris mereka ngelotok
bak rambutan aceh. Tapi ketika saya tanya, “Ini hukumnya apa dalam
grammar,” mereka malah memandang dg keheranan, sambil bertanya, “What is
grammar?”

Kesimpulannya, dalam bhs inggris ini kita harus mempraktekkannya dg
MUKA BADAK. Ndak usah takut salah, dan ndak usah MIKIRIN grammar. Tidak
perlu TAKUT SALAH. Orang yg takut melakukan kesalahan, akan terperosok
ke dalam kesalahan yg lebih fatal.

The secret of communication is just like Balaghoh (Ilmu Komunikasi dalam Sastra Arab). Kalau yg diajak ngomong ngerti, berarti komunikasi berjalan. Kalau yg diajak ngomong ndak ngerti, ndak nyambung, jadinya yg meluncur rudal-rudal macam yg dikirim amerika ke Afghanistan.

Untuk memiliki MUKA BADAK ini tidak mudah. Bahkan lulusan Universitas Bahasa Asing pun jarang yg memilikinya. Padahal di UBA sudah diajarkan KUNCI komunikasi yg sangat berharga.

Sebagai training sebelum merantau ke negara bule, ada baiknya mengasah skill bahasa dan keahlian anda di Singapore. Di Singapore, walaupun warganya campuran Melayu dan imigran China, bhs inggrisnya paten-paten, walaupun banyak ndak ngikutin grammar ketika ngomong. Macam pengucapan “no play-play lah”, “I kid you not”, “You crazy laah,” sudah jadi bahasa baku sehari-hari.

Ndak peduli, yg punya bhs inggris asli ngerti apa nggak. Malah sudah ada kamus bhs Inggris versi Singapore yg diterbitkan, menyaingi kamus bhs Inggris Britain. Pasalnya mereka memiliki muka badak yg tebal jugak. Dan gara-gara mau menggunakan bhs bule dg agresif, ekonomi Singapore jauh melesat meninggalkan sesama negara Asia Tenggara. Sebab yg diajak bisnis negara-negara dg basis bhs inggris yg kuat juga, Macam Eropa, Amerika, Australia. Bukan negara-negara yg berbasis bhs Jawa, Padang atau Batak.

Di Afrika sana, tak jarang kita jumpai penduduk yg bicara bhs Inggris rusak seperti ini, “Me going, you going, you and me going-going there”. Yg penting yg diajak ngomong ngerti. Dan bhs Inggris, bagaimanapun juga, BUKAN bahasa ibu kita. Kalau terkontaminasi dg dialek-dialek lokal, itu wajar.

Jadi jangan malu mengatakan dialek bhs Indonesia yg di-inggriskan, semacam, “little-lilttle angry, little angry”, atau “Ah, you are…”. Dari keberanian-keberanian macam itu, akhirnya, kalau suatu saat anda berada di negri bule, tidak susah payah lagi untuk beradaptasi dg bhs Inggris versi Amerika, Britain atau Australia.

Ada sedikit strategi yg jitu supaya bisa nembus Singapore. Anda bisa cari kerja dulu di Batam. Di Batam, kalau anda bisa computer, terutama design graphis atau katakanlah cuma excell atau word, kalau anda beruntung, bisa untuk cari makan. Atau kalau kepepet, bisa jadi tukang ojek dulu. Atau kalau lebih kepepet lagi, jadi buruh bangunan.

Selama kerja di Batam itu, anda bisa melatih kuping Inggris anda. Sebab acara-acara TV Singapore yg berbahasa inggris bisa ditangkap dg jernih. Begitu juga siaran-siaran radionya. Orang Batam kebanyakan suka memutar radio Singapore atau Malaysia, walaupun yg mereka dengar nyanyi-nyanyinya yg meriah. Bukannya menangkap makna lyric-lyric lagu tsb, atau mendengar beritanya.

Tambahan lagi, di Batam betaburan koran-koran Singapore macam The Straits Times. Nah, di koran itu, disamping anda bisa mengasah reading dan vocabulary, serta idiom-idiom, anda bisa mendapatkan betapa banyaknya lowongan kerja yg tersedia. Mulai dari house maid sampai house builder, mulai dari tukang ketik surat sampai tenaga trampil programmer banyak dicari di situ.

Kebanyakan yg dicari memang warga Singapore sendiri, atau permanent resident (PR), tapi biasanya negara luar juga welcome. Asal mampu bersaing ngomong dan tidak berpenampilan macam residivis, orang Singapore mau menyambut kita. Dan waktu diinterview pun mereka ndak menanyakan hukum-hukum grammar. Yg penting komunikasi nyambung.

Setelah “lulus” di Singapore, baru meloncat-loncat ke negri lain yg anda suka.

Ini cuma sekedar saran buat mereka-mereka yg ingin bekerja dan menyalurkan potensi yg dia miliki ke luar negri. Terutama yg cuma bermodal nekat dan dukungan finansial yg pas-pasan. Kalau anda mempunyai dana yg memadai, jangan tunda lagi, langsung beli tiket dan terbang ke Eropa, Amerika atau Australia. Dijamin dollar anda makin bertambah. Kalau ndak punya modal, jangan kalah nyali dg orang-orang Irak, Afghanistan, Palestina yg berlayar dg perahu kayu ke Australia atau England untuk mengadu nasib. Atau meniru cara orang Cina pergi ke amerika, Masuk ke dalam kontainer dan menyamar jadi guci atau porselin. Tapi cara yg terakhir ini ndak terlalu sehat. Sebab kontainernya tidak dilengkapi AC.

(http://konyol.wordpress.com/2002/08/09/cara-praktis-kerja-ke-luar-negri/)