Selasa, 22 Januari 2008

Niat dan Implementasi

Tahun baru ini Esti sangat ingin menerapkan disiplin. Tahun lalu
benar-benar tahun penuh perjuangan baginya. Mengapa? Ya, soal
disiplin itulah. Disiplin! Satu kata yang mudah diucapkan dan sering
dipakai dalam setiap meeting atau acara apa pun. Satu kata yang
paling sering diucapkan oleh atasan. Satu kata yang semua orang
menyetujui bahwa penerapan kata tersebut akan berakibat baik, baik
untuk orang yang bersangkutan, orang lain, maupun untuk perusahaan.
Namun, justru satu kata itulah yang dirasakan paling sulit
dilaksanakan. Terutama untuk Esti.

Setahun penuh dia mencobanya tetapi hasilnya masih kurang memuaskan.
Setidaknya begitulah perasaannya, karena atasannya menilai bahwa dia
sudah lumayan berubah. Senang juga sih mendengar pujian itu. Namun,
masih disebut 'lumayan'. Berarti masih sedikit dong? Padahal usahanya
sudah mati-matian.

Misalnya bangun pagi. Tadi pagi alarm di telepon genggamnya bunyi.
Tentu saja dia bangun. Siapa yang tidak bangun mendengar suara
melengking begitu dipagi buta? Namun, melihat di luar jendela masih
gelap, Esti ingin berbaring lagi. Untung dia segera sadar. Kalau dia
tidur lagi, paling sedikit butuh waktu satu jam lagi. Dengan
memaksakan diri, Esti bangun. Aduh sulitnya! Selain masih mengantuk,
juga badan terasa berat.

Hari pertama masuk kerja, dia ada janji dengan tamu dari luar negeri
jam 9 pagi. Namun, apa daya, dia terlambat tiba di kantor, sudah
pukul 9.12. Segera Esti berlari-lari menuju ruang meeting, tetapi
ruang meeting kosong. Ternyata tamunya masih menunggu di hotel sejak
pukul 8.30 pagi. Belum ada yang menjemput. Sopir yang ditugaskan
menjemput ternyata masih sakit dan belum masuk kerja. Esti langsung
menjemput sendiri ke hotel. Akhirnya meeting yang harusnya dimulai
pukul 9.00 mundur hingga pukul 10.17 pagi.

Tamunya yang berasal dari Jepang dan sudah sering berkunjung ke
kantor Esti tidak marah. Dia masih bisa tertawa sambil mengangguk-
anggukkan kepala ketika Esti minta maaf dan menjelaskan
permasalahannya. Namun, Esti tetap merasa sangat bersalah. Malu
sekali rasanya.

"Teman-teman, tahun ini saya ingin berubah. Saya tidak mau terlambat
lagi! Dalam hal apapun! Pokoknya ini yang terakhir!" kata Esti tiba-
tiba. Dia mengucapkan kata-kata itu keras-keras di ruang meeting, di
hadapan semua orang, di hadapan atasan dan tamunya. Semua orang
terdiam. Namun, mereka bisa merasakan kemantapan dalam ucapan Esti.
Mereka juga bisa merasakan bahwa niat Esti sudah bulat. Semua orang
kemudian malah bertepuk tangan menanggapi niat Esti tersebut.

Masalah di hari-hari berikutnya ternyata tidak semudah berkata-kata.
Namun, karena Esti sudah terlanjur mengatakannya di hadapan semua
orang, malu dong kalau sampai terlambat masuk kerja. Maka, setiap dia
merasa malas bangun, Esti segera memaksakan diri untuk bangun, dan
tidak mau menunda lagi. Ternyata berhasil. Selama Januari ini belum
pernah dia terlambat masuk kerja.

Satu keberhasilan ini memicu Esti untuk menerapkannya dalam segala
hal. Bukan hanya bangun pagi dan berangkat kerja, tapi juga membuat
laporan harian, mingguan dan bulanan. Dia juga tidak mau terlambat
lagi.

Perlu komitmen

Memang tidak mudah melaksanakan niatnya. Namun, Esti merasa hal itu
wajar. Kalau mudah, ya tidak ada masalah. Justru karena sulit, maka
diperlukan niat, diperlukan komitmen, diperlukan usaha. Karena itu,
Esti semakin bersemangat menjalankan komitmennya untuk tidak
terlambat dalam hal apapun.

Setelah sekian hari, Esti semakin sadar. Niatnya untuk berubah sangat
dimotivasi oleh kata-kata yang diucapkannya di ruang meeting waktu
itu. Karena sudah mengatakan niat tersebut di hadapan semua orang,
maka hal itu sangat memotivasinya. Ketika Esti merasa agak malas,
maka komitmen yang pernah dikatakan waktu itu terbayang terus. Lalu
terbayang juga, betapa malunya kalau dia terlambat. Akhirnya dia jadi
bersemangat untuk tidak malas lagi.

Ternyata mengungkapkan niat dan komitmen di hadapan semua orang
berakibat sangat baik. Esti jadi semakin bersemangat. Dia kini
mempersiapkan komitmen apa yang akan diungkapkannya dalam pada rapat
Februari.

emarin pagi dia sudah menemui atasannya dan menjelaskan pentingnya
mengungkapkan komitmen di hadapan semua orang serta pengalamannya
sendiri dan hasil yang diperoleh kini. Atasannya tidak menyangkal.
Esti memang tidak pernah terlambat lagi. Betul-betul luar biasa.
Dulu, paling lama hanya tiga hari tidak terlambat, tapi sekarang bisa
tahan lebih dari setengah bulan. Karena itu atasannya sangat
mendukung keinginan Esti untuk mengungkapkan komitmennya di tiap
meeting bulanan. Buktinya ada kok!

Malah sekarang atasannya sedang berpikir-pikir untuk menerapkan hal
tersebut kepada semua karyawan. Bagaimana kalau pada setiap meeting
bulanan, semua orang diminta mengungkapkan hal-hal yang ingin
diperbaiki atau diubah? Tentu harus disertai komitmen. Dengan cara
demikian, tentunya mereka akan lebih termotivasi untuk
melaksanakannya. Betul juga. How about you? Say your commitment!!
Tell it to everybody!

Sumber: Niat dan Implementasi oleh Lisa Nuryanti, Managing Director Expands Consulting