Kamis, 24 Januari 2008

Kehidupan Itu Bagaikan Lapisan Bawang

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan.

'Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda?'

Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas.

"Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini!"

Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya.

Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya. Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya. Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama.

Nama orang tuanya, nama anak serta nama suaminya.

Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.

Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata : "Coret satu lagi!" Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama. Nama orang tuanya.

"Silakan coret satu lagi!" Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi-tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya. Nama anaknya.

Seketika itu pun pecah isak tangis di kelas. Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya : "Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda ?".

" Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi. Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?"

Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya.

"Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anak pun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya."

Renungan :
Kehidupan itu bagaikan lapisan bawang . Ketika di kupas selapis demi selapis, akan habis. Dan adakalanya kita akan mengalaminya juga. Main dikupas makin menyedihkan.


Djodi