Selasa, 30 Oktober 2007

Belajar Lagi

Yuli sudah bekerja selama lebih dari setahun. Selama ini dia sering
merasa kurang percaya diri. Tidak seperti teman-teman lainnya. Ketika
dia baru bekerja dua bulan, masuklah seorang karyawan baru bernama
Mia.

Mia cukup menarik, lagi pula dia baru lulus dengan menyandang ijazah.
Sesuai aturan perusahaan, Mia mulai bekerja dengan masa percobaan
selama tiga bulan. Tentu saja sebagai karyawan baru, Mia dituntut
untuk belajar sebanyak-banyaknya agar bisa bekerja dengan baik.

Yuli yang bekerja satu ruangan dengannya tentu saja memperhatikan Mia
dan ingin membantunya agar cepat bisa menguasai pekerjaannya. Tapi,
sikap Mia tidak mendukung sama sekali.

Mia malah sering bermalas-malasan, banyak waktu kerjanya terbuang
untuk bicara berlama-lama di telepon dengan teman-temannya. Entah apa
saja yang dibicarakan, Yuli tidak mau mencuri dengar. Tapi
kelihatannya asyik sekali.

Sebagai teman yang baik, Yuli ingin membantu Mia. Karena itu, sebagai
karyawan yang lebih senior, Yuli kadang-kadang menegur Mia dan
menganjurkannya untuk lebih serius belajar. Bukan saja malas, Mia
juga lambat mempelajari sesuatu.

Yuli merasa heran. Dia sendiri sudah merasa dirinya sendiri kurang
cepat belajar, tapi Mia yang menurutnya lebih parah, lebih lambat
belajar, malah tenang-tenang saja. Tapi, anehnya, kalau Yuli memberi
nasihat, Mia tersinggung dan marah-marah.

Tentu saja, hasil kerja Mia tidak lepas dari penilaian atasan.
Apalagi dia masih dalam masa percobaan. Hampir setiap minggu atasan
selalu memanggil Mia dan memberikan nasihat.

Tapi atasan juga tahu persis bahwa setiap kali diberi nasihat,
dihadapannya Mia memang mengiyakan, tapi dibelakangnya dia tidak
pernah melaksanakannya. Sampai atasannya menggunakan ancaman bahwa
dia bisa gagal melewati masa percobaannya kalau malas belajar. Tapi,
tetap saja tidak ada pengaruhnya.

Perbaiki diri

Akhirnya dengan berat hati, pada akhir masa percobaan, Mia harus
berhenti bekerja. Dia dinyatakan tidak lulus. Mia sangat terkejut.
Dia tadinya mengira tidak akan mungkin diberhentikan atau dinyatakan
tidak lulus. Dengan tergesa-gesa, Mia minta agar masa percobaan bisa
diperpanjang karena dia ingin memperbaiki diri. Dengan cemas dia
berkata:"Tolong, beri saya kesempatan lagi pak. Sebulan lagi saja.
Saya mau berubah"

Tapi dengan tenang atasannya hanya menjawab:"Saya sudah memberi
kesempatan padamu selama tiga bulan. Kalau selama tiga bulan kamu
tidak mau berubah, maka saya tidak percaya bahwa kamu akan berubah
dalam waktu sebulan."

Meskipun merasa kasihan, atasannya tetap tegas dengan sikapnya.
Beliau melihat bahwa Mia tidak sungguh-sungguh mau berubah. Kalau
memang mau berubah, sejak dulu pasti sudah berubah, ketika sering
diberi nasihat dan saran. Tidak perlu menunggu sampai selesai masa
percobaan dan dinyatakan gagal.

Yuli juga merasa kasihan. Tapi apa boleh buat. Dia juga melihat bahwa
Mia memang tidak serius bekerja. Tidak mau belajar. Setiap hari hanya
santai saja. Setiap diberi tugas, dia hanya minta bantuan orang lain
untuk membantu menyelesaikan tugasnya. Untung di kantor karyawannya
cukup banyak, lebih dari 60 orang.

Setelah dibantu pun, dia tidak menjadi bisa karena sudah belajar.
Tetap saja Mia tidak berubah. Lain kali diberi tugas yang sama, tetap
saja dia tidak bisa. Bukannya belajar dan meningkatkan kemampuan, dia
malah santai.

Dari peristiwa tersebut, Yuli belajar tentang satu hal. Dia
seharusnya bersyukur karena dalam hatinya masih ada kemauan untuk
belajar lagi. Atasannya pernah berkata:"Selama kita masih mau
belajar, maka kemampuan kita akan terus meningkat."

Yuli semakin bersemangat untuk belajar lagi. Dua hari yang lalu, dia
diminta oleh atasannya agar pergi ke pabrik yang terletak di
Citeureup, Bogor, sendirian untuk rapat dengan bagian produksi
sehubungan dengan produk baru yang akan dihasilkan. Jadwal produksi
harus dipercepat karena bahan baku sudah tiba. Yuli belum pernah ke
pabrik, eh sekarang disuruh kesana, sendirian lagi.

Tapi, Yuli ingat perkataan atasannya yang menyatakan bahwa selama dia
masih mau belajar maka kemampuannya akan terus meningkat. Karena itu
dengan penuh semangat berangkatlah dia ke Bogor.

Meskipun cukup lama perjalanan ke sana, tapi ternyata tidak sulit.
Orang-orang di pabrik juga sangat baik. Segera dia berkenalan dengan
beberapa orang yang selama ini hanya didengar suaranya melalui
telepon. Selama ini mereka telah saling berkomunikasi tapi belum
pernah saling bertemu. Lucu juga sih.

"Oh, ini yang namanya Yuli......! Saya Ani yang di bagian
gudang." "Saya Yanto yang sering ditelepon oleh mbak Yuli." "Saya
Anna, sekretaris Pak Guntur, yang tadi pagi menelepon mbak Yuli."

Hal-hal yang tadinya kelihatan meragukan, ternyata setelah dijalani
menjadi mudah. Yuli yang tadinya merasa kurang percaya diri menjadi
lebih mantap. Dia semakin yakin, asalkan dia mau belajar dan mencoba,
maka pasti bisa. Betul kata atasannya. Yang penting dia harus selalu
mau belajar. Pokoknya belajar lagi dan lagi. Learn more! Everyday!
Everywhere!

Sumber: Belajar Lagi oleh Lisa Nuryanti, Managing Director Expands
Consulting