Jumat, 05 Oktober 2007

Menghargai Pekerjaan

Tiga bulan lalu, Helen memanggil beberapa calon karyawan untuk
wawancara. Dari seluruh pelamar yang dipanggil, Helen tertarik dengan
dua orang yang dinilai paling cocok.

Salah seorang, sebut saja bernama Nana, adalah seorang fresh
graduate. Nana belum pernah bekerja, baru lulus D3 langsung
mengirimkan surat lamaran. Dilihat dari angka akademiknya cukup
bagus, penampilannya di foto juga oke, maka Nana termasuk dipanggil
untuk wawancara pertama.

Ketika datang ke kantor untuk wawancara pertama, Nana tampil oke.
Sebagai seorang fresh graduate, penampilannya lebih baik dari yang
lain. Seakan-akan dia sudah pernah bekerja. Setelah wawancara
selesai, Nana keluar dan melewati ruang resepsionis, Helen tanpa
sengaja melihat bahwa Nana tidak berpamitan kepada resepsionis,
bahkan tersenyum pun tidak.

Seorang calon lain, sebut saja bernama Wati, juga menarik
perhatiannya. Sama seperti Nana, dia juga seorang fresh graduate.
Hanya bedanya, Wati pernah bekerja di sebuah perusahaan selama tiga
bulan. Di perusahaan tersebut, Wati merasakan susahnya bekerja. Dia
tidak boleh seenaknya keluar dari kantor.

Waktu makan siang pun dibatasi. Untuk minta ijin tidak masuk kerja
juga sangat sulit, sehingga dia selalu memilih tetap masuk kerja
meskipun sedang sakit. Untungnya dia hanya pernah sakit flu dua kali.
Bukan penyakit yang termasuk parah.

Waktu dipanggil untuk wawancara, Wati minta agar boleh datang setelah
jam kerja. Helen setuju. Ketika datang, Wati berpenampilan rapi dan
sederhana. Dia dengan cepat menjawab semua pertanyaan. Ketika datang,
dia menyapa resepsonis dengan ramah. Ketika pulang dia juga
berpamitan dengan office girl yang kebetulan menunggu di samping meja
resepsionis. Sopan dan tulus.

Setelah melalui berbagai test, akhirnya kedua orang ini, Nana dan
Wati, diterima bekerja di bagian marketing. Keduanya sama-sama belum
berpengalaman di bidang marketing. Karena itu, mereka berdua harus
sama-sama belajar. Dari pengetahuan produk hingga cara melakukan
pendekatan, cara menjual dan sebagainya.

Nana tampaknya mudah mengerti apabila diberitahu mengenai sesuatu.
Langsung berkata "Ya pak, ya pak." Sehingga atasannya menilai Nana
sangat cepat belajar. Sebaliknya Wati banyak bertanya apabila
diberitahu mengenai sesuatu. Kadang-kadang harus diulang sekali lagi,
baru Wati tampak puas dan mengerti.

Lapor perkembangan

Setiap akhir bulan dia melapor kepada Helen mengenai perkembangan
Nana dan Wati. Kesannya terhadap mereka berdua cukup positif,
sehingga Helen mulai berpikir untuk mempertahankan mereka berdua
setelah selesai masa percobaan.

Seperti biasa, Helen juga seringkali melakukan kunjungan keliling ke
semua departemen, terutama yang ada karyawan barunya.

Ternyata apa yang ditemuinya di lapangan sangat mengejutkan Helen.
Hampir dalam segala hal, Nana selalu bertanya kepada teman-teman lain
atau minta bantuan mereka untuk mengerjakan semua pekerjaannya.

Ternyata semua penjelasan dari atasannya tidak dimengerti sama sekali
olehnya. Setiap kali atasannya selesai menjelaskan sesuatu dan beliau
berlalu, maka segera Nana ribut bertanya kepada yang lain sambil
berkeluh kesah.

Bahkan, seringkali Wati mengerjakan pekerjaan Nana, bukan hanya
membantunya saja. Begitu pula setiap kali Nana menerima perintah dari
atasannya untuk melakukan sesuatu, selalu dia berkeluh kesah panjang
lebar.

Misalnya ketika dia diminta menelepon salah seorang pelanggan yang
sudah lama tidak berhubungan lagi dengan perusahaan tersebut, Nana
mengeluh dengan bersuara keras:"Ah! Sebel deh! Disuruh-suruh melulu!
Harus menelepon orang lagi! Reseh!"

Dan sialnya, Helen mendengar langsung keluhan Nana ketika kebetulan
dia berada di pintu masuk ruangan marketing. Segera Helen
memanggilnya dan menanyakan hal itu, tapi Nana hanya minta maaf saja
sambil tersenyum-senyum

Begitu juga ketika dia harus pergi mengunjungi salah seorang
pelanggan penting, Nana berkeluh kesah seperti biasa. "Huuuh! Sebel!
Masa gua harus pergi lagi! Kan cape?! Masa disuruh-suruh lagi!". Lalu
dia mengajak Wati dan pergi sambil cemberut.

Berbeda dengan Wati. Perintah apapun langsung dikerjakan dengan penuh
semangat. Disuruh kemana pun, Wati siap. Cara kerjanya juga cepat.
Dia tidak pernah mengeluh. Bahkan, dia tidak pernah keberatan
membantu pekerjaan Nana sambil mengerjakan tugasnya sendiri.

an, diakhir masa percobaan, bisa ditebak siapa yang dinyatakan lolos
dan siapa yang tidak. Helen melihat, Wati sangat menghargai
pekerjaannya yang sekarang karena dia pernah merasakan betapa
beratnya bekerja di tempat kerja sebelumnya.

Di perusahaan yang sekarang Wati sangat bersyukur karena atasannya
tidak segalak dulu. Atasannya mempercayainya, tidak cerewet, dan
memperlakukannya dengan wajar. Jadi Wati sangat menikmati
pekerjaannya yang sekarang.

Sebaliknya Nana menganggap kebaikan atasannya sebagai suatu
kesempatan untuk bisa berbuat seenaknya tanpa takut dimarahi. Dia
menganggap atasannya pasti tidak akan marah kepadanya. Dia masih
menganggap pekerjaan sebagai suatu kegiatan sosial yang sering
dilakukannya.

Karena itu Nana merasa berhak untuk merasa kesal kalau disuruh-suruh.
Nana belum bisa menghargai pekerjaannya. Hargai pekerjaan Anda. Love
Your Job!

Sumber oleh Lisa Nuryanti