Senin, 08 Oktober 2007

Memanfaatkan Otak Orang Lain

Menjadi orang nomor satu di perusahaan kita sendiri, itu sangat bisa. Tapi tidak bisa semua kegiatan bisnis, kita jalankan sendiri.


Mensyukuri apa yang kita peroleh dari hasil bisnis, walau tak sebesar seperti yang kita harapkan semula, saya kira, itu penting. Setidaknya, ini merupakan langkah kita pertama menjadi entrepreneur yang bijak. Namun, tentunya kita tetap memiliki kemauan untuk mengembangkan bisnis kita seoptimal mungkin. Sehingga, hasil yang kita peroleh juga akan bisa lebih maksimal, meskipun persaingan di dunia bisnis makin kompleks.


Untuk mewujudkannya, kita mungkin tak hanya cukup memanfaatkan otak kita sendiri, tapi ada baiknya juga memanfaatkan otak orang lain. Sebab, kita harus menyadari benar, bahwa setelah bisnis yang kita rasakan berkembang cukup pesat, dan kita menjadi orang nomor satu di perusahaan yang kita dirikan, tentu saja tak bisa semua kegiatan bisnis bisa kita jalankan dengan otak kita sendiri.


Maka, sudah sewajarnya kalau kita memanfaatkan otak orang lain, yang oleh Williams E. Heinecke, penulis buku "The Entrepreneur 21 Golden dan Rules for the Global Business Manager", disebut "Work with other people's brain", Menurut, entrepreneur terkemuka yang sukses mengembangkan bisnis Pizza Hut, seorang entrepreneur yang bersedia bekerja dengan memanfaatkan otak orang lain, sesungguhnya adalah entrepreneur sejati.


Saya sendiri juga merasakan, bahwa memanfaatkan otak orang lain dalam bisnis. Khususnya di era milenium ketiga ini, merupakan yang sangat penting. Acapkali itu lebih baik ketimbang harus semuanya kita jalankan sendiri. Katakanlah, kita akan mudah menangkap peluang bisnis deengan bantuan otak orang lain. Karena itu, jangan apa-apa dikerjakan sendiri. Akibatnya, kita bisa jadi pemurung, kebanyakan kerja, dan sulit bagi kita bisa menikmati penghidupan yang layak sebagai seorang entrepreneur.


Saya yakin, jika kita berhasil memanfaatkan otak orang lain dengan baik, sebenarnya juga sebagai upaya positif kita menghindarkan sikap keras kepala kita sendiri. Dan, itu akan lebih mudah membuat kita mau mendengarkan dengan hati terbuka apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya, sikap ini pulalah yang akan menciptakan hubungan kerja harmonis. Maka, kita sebagai entrepreneur yang memiliki perusahaan, alangkah bijaknya kalau kita juga jangan mudah "alergi" dengan apa yang dikatakan orang lain.


Selain itu, jika kita bisa memanfaatkan otak orang lain dengan baik, sesungguhnya juga kemajuan yang positif bagi bisnis kita sendiri. Bahwa, kita pun ternyata mampu mengangkat diri kita sebagai pemimpin perusahaan yang benar-benar memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional. Niscaya, bisnis kita akan tetap eksis dan lebih berkembang pesat disaat ini maupun di masa mendatang.


Dan, perlu diingat bahwa memanfaatkan otak orang lain, itu bukan merupakan kelemahan kita sebagai entrepreneur. Tapi sebaliknya, hal itu justru menunjukan, bahwwa kita benar-benar telah memiliki intelektualitas, kecerdasan emosional, kecintaan pada diri kita sendiri, maupun perusahaan.


www.purdiechandra.com