Senin, 29 Oktober 2007

Menata Keuangan Tatkala Hidup Sendiri

Oleh: Elvyn G Masassya, pengamat investasi dan keuangan

TIDAK seorang pun di dunia ini yang ingin bercerai, kecuali karena keterpaksaan dan atau tengah mengikuti kecenderungan "tidak waras". Namun, saya percaya umumnya manusia ingin hidup damai, termasuk dengan pasangannya.

Akan tetapi, bagaimana jika realitas bicara lain dan saat ini Anda termasuk kelompok orang yang hidup sendiri; bercerai dengan pasangan atau akan bercerai dengan pasangan Anda? Apa implikasinya terhadap kehidupan keuangan Anda dan bagaimana pula menyiasatinya?

Selain memberi dampak secara psikologis dan emosional, perceraian paling tidak akan mengakibatkan Anda kehilangan sebagian aset. Harta yang Anda peroleh setelah menikah tentunya harus dibagi sesuai dengan hukum yang berlaku. Lebih dari itu, jika selama ini Anda dan pasangan Anda sama-sama bekerja atau memiliki penghasilan, tentunya setelah bercerai penghasilan Anda akan berkurang. Yang ada tinggal penghasilan pribadi masing-masing pihak. Implikasinya, suka tidak suka, Anda mesti menata lagi keuangan Anda, meninjau ulang tujuan keuangan, dan merancang kembali perencanaan keuangan setelah Anda hidup sendiri. Atau paling tidak selama Anda belum mendapatkan pasangan baru.

Pertama, antisipasi kondisi keuangan saat ini, baik dalam aset maupun kewajiban. Hitung ulang kembali aset bersih Anda berdua. Dengan kata lain, aset mesti lebih dulu dikurangi dengan kewajiban. Ini sangat substansial sebab banyak pasangan yang lupa ketika terjadi perceraian yang akan dibagi bukan cuma harta, tetapi juga kewajiban. Misalnya, pasangan Anda memiliki utang terhadap bank. Ketika utang itu diajukan, Anda turut menandatangani surat pernyataan. Maka, kendati Anda berpisah, tetap saja Anda berkewajiban menyelesaikan kewajiban tersebut. Kecuali ada kesepakatan di antara kedua belah pihak bahwa utang tersebut menjadi tanggung jawab salah seorang. Namun, kalau ceritanya seperti ini, pihak kreditor harus diberi tahu dan utang tersebut mesti "didudukkan" kembali secara hukum. Yang paling bagus sebenarnya adalah selesaikan dulu kewajiban kepada berbagai pihak, barulah sisa aset yang ada dibagi kepada kedua belah pihak sesuai hukum yang berlaku.

MASIH dalam konteks kondisi keuangan, Anda mesti segera memiliki tabungan atas nama pribadi jika selama ini rekening Anda di bank dalam bentuk rekening bersama atau qq dan selama ini penghasilan Anda dimasukkan ke dalam rekening tersebut. Ini penting sebab jika pembagian aset Anda pascaperceraian akan dilakukan melalui proses pengadilan, selama masa tunggu tersebut Anda akan sulit untuk "mengotak-atik" rekening yang ada karena salah satu pihak belum tentu akan mengizinkan.

Di sisi lain, jika selama ini Anda menggunakan kartu kredit secara bersama atau memegang kartu tambahan, segera informasikan kepada penerbit kartu kredit untuk menghentikan kartu kredit Anda dan ajukan yang baru atas nama Anda pribadi secara tunggal. Untuk kewajiban tersisa terhadap kartu kredit yang lama, tentunya mesti diselesaikan secara bersama pula.

Kedua, berkaitan dengan pembagian aset bersih secara adil dan sesuai hukum yang berlaku, tentunya Anda mesti menyebutkan seluruh perolehan pendapatan, aset, dan kewajiban secara transparan kepada pengacara-jika Anda menggunakan pengacara-atau pihak yang menjadi mediator.

Untuk itu, Anda mesti menyiapkan segala dokumen terkait, misalnya, slip gaji, perkiraan aset yang Anda miliki sebagaimana tertera pada formulir pembayaran pajak yang Anda atau pasangan Anda lakukan selama paling tidak lima tahun terakhir, dokumen mutasi rekening tabungan di bank, polis asuransi, dokumen kredit, dan dokumen lainnya. Ini penting sebab jika ada salah satu dokumen tercecer, akan memberi dampak lanjutan setelah perceraian terjadi. Bukan sekadar kemungkinan nilai aset berkurang, tetapi yang lebih celaka adalah kewajiban yang meningkat.

Ketiga, siapkan dukungan keuangan untuk buah hati Anda. Jangan lupa, yang berpisah adalah Anda dan pasangan Anda, tetapi anak Anda tetap saja menjadi bagian hidup Anda untuk selama-lamanya. Jadi, langkah berikutnya yang mesti diantisipasi adalah bagaimana menyiapkan kepastian keuangan untuk masa depan anak Anda. Jika Anda memiliki polis asuransi, pastikan bahwa yang berhak menerima uang pertanggungan adalah anak Anda dan preminya tetap akan dibayarkan oleh Anda ataupun mantan pasangan Anda.

Keempat, tentukan tujuan keuangan pribadi yang baru. Dalam hal ini, Anda mesti mendapatkan gambaran terlebih dahulu berapa nilai aset yang menjadi hak Anda. Selanjutnya, Anda dapat membuat target pencapaian aset yang baru dan merancang bagaimana cara mencapai tujuan keuangan tersebut.

Jika Anda memiliki cukup banyak aset tersisa, ada baiknya mealokasi aset yang lebih relevan dengan karakteristik pribadi Anda. Bukan tidak mungkin selama ini pasangan Anda termasuk orang yang suka mengambil risiko, sementara Anda lebih senang menghindari risiko atau sebaliknya.

Bila selama ini Anda memberi toleransi terhadap karakteristik personal pasangan Anda karena berkaitan dengan masa depan bersama, namun setelah masa depan bersama tersebut tidak mungkin dicapai lagi karena perceraian, tentunya Anda berhak membuat perencanaan keuangan termasuk keputusan investasi yang lebih sesuai dengan diri Anda.

YANG terbaik sebenarnya adalah jangan sampai bercerai. Perceraian, kendati diperkenankan, tetap saja akan menuai berbagai persoalan baru. Namun, kalau hal itu tetap tidak bisa dihindari, mesti pula dipahami bahwa perceraian bukanlah kiamat.

Dalam konteks keuangan, Anda mesti membuat tujuan keuangan yang baru berdasarkan kemampuan Anda sendiri dan tidak lagi bertumpu pada pasangan Anda sebagaimana selama ini Anda lakoni. Selain itu Anda mesti realistis dan rela merevisi gaya hidup Anda yang berkaitan dengan kondisi keuangan pascaperceraian. *