Usai Lebaran , kegiatan kembali menggeliat , proyek pembangunan infrastruktur mulai bergerak seiring kembalinya kaum urban dari National Holyday Travel alias Mudik.
Di satu sudut pusat kota , seorang wanita bertubuh gemuk , dengan senyum jenaka disela – sela pipinya yang bulat , duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Sesegera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli yang telah menunggu sejak tadi segera mengerubungi dan membuatnya sibuk melayani.
Bagi mereka pilihan menu dan rasa bukan soal , yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murahnya.
Hampir – hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah.
Lalu apa untungnya ?
Wanita itu terkekeh menjawabnya , “ Bisa numpang makan dan beli sedikit kopi dan sabun “.
Tapi bukankah dia bisa menaikkan harganya sedikit ?
Sekali lagi ia terkekeh , “ Lalu bagaimana kuli – kuli itu bisa membeli ?” , “ Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka ?”, jawabnya sambil menunjukkan para lelaki yang berlompatan keatas truck Mitsubishi Colt Diesel yang mengantar mereka ketempat bekerja.
Ah, betapa cantiknya , bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang – orang yang memahami benar kehadiran karyanya untuk orang lain , sebagaimana wanita tua diatas , yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia., adalah tiang penyangga yang menahan langit ini agar tidak runtuh.
Merekalah beludru halus yang membuat jalan hdup yang nampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan menjadi pengobat luka kehidupan.
Bukankah demikian juga tugas kita dalam bekerja dimanapun kita berkarya yang menghadirkan secercah harapan dan kesejahteraan bagi sesama.
dari http://pwsmedan@ blogspot. com