Jumat, 05 Oktober 2007

Seberapa Jauh Sikap Luwes Mampu Meningkatkan Keteladanan Anda?

Kita tentu pernah menemukan orang-orang hebat ditempat kerja. Namun, orang-orang itu karirnya biasa-biasa saja. Memang kadang mereka dipromosikan juga. Namun, karirnya mentok disana. Kita heran, mengapa bisa mentok. Ada banyak faktor memang; tetapi, salah satu faktor yang sering menjadi penyebabnya adalah sikap tidak luwes orang-orang itu dalam menyikapi lingkungan kerjanya. Mengapa hal ini terjadi, adalah karena mereka berpikir bahwa apa yang ada didalam kepala mereka; itulah yang benar. Cara merekalah yang paling tepat. Sedang cara orang lain; adalah pilihan yang buruk, jika tidak boleh mengatakannya bodoh dan dungu. Mereka merasa pintar, merasa paling benar, dan mereka menghendaki semua orang mengikuti jalannya. Tetapi, mereka tidak menyadari, bahwa permainan dalam sebuah team disetiap organisasi; lebih dari sekedar sikap merasa lebih pintar, dan paling benar.

Dalam berdiskusi, orang-orang semacam ini cenderung kurang mendengarkan pendapat orang lain. Kalaupun mereka mendengarnya; hasil akhirnya tetap saja harus pendapat mereka yang diterima. Memang, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang cerdas dengan kemampuan berpikir logis yang tinggi. Argumen-argumennya kuat. Sehingga tidak mudah untuk dipatahkan. Sayangnya, ada satu hal yang sering dilewatkan oleh orang-orang cerdas dari jenis ini, yaitu; pemahaman terhadap situasi dalam lingkungannya. Kegagalan memahami situasi lingkungan menyebabkan mereka hanya sekedar menggunakan kacamata kuda. Mereka hanya menggunakan sudut pandang kebenaran secara logik, tetapi, mereka mencampakkan kesiapan dan perasaan lingkungan atas gagasan super logik itu. Maka terjadilah perbenturan, sehingga gagasan atau cara cerdas itu akhirnya mentok dan tidak produktif.

Resiko terbesar kegagalan memahami lingkungan sebenarnya tidak hanya terletak pada organisasi, melainkan bagi orang hebat itu sendiri. Sikap seperti itu memberikan signal kepada atasannya, bahwa dia bukanlah seorang team player. Dan seperti anda ketahui; di jaman ini, sebuah organsasi hanya bisa maju, jika dipimpin oleh seorang team player sejati. Dengan demikian, seorang karyawan, biarpun dia jagoan. Sekalipun dia terampil. Meskipun dia cerdas; jika bukan seorang team player, dia tidak layak untuk memimpin sebuah team. Itulah mengapa, banyak orang cerdas yang hebat ditempat kerjanya; tidak kunjung diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin. Dengan kata lain, promosi tidak kunjung datang baginya.

Jika anda termasuk orang yang cerdas dan hebat ditempat kerja; satu faktor lain yang perlu anda miliki adalah keluwesan dalam memahami dan berhubungan dengan lingkungan. Dengan keluwesan itu, anda dapat mengenali secara utuh, jiwa dari lingkungan dimana anda berada. Bahkan anda bisa ’mengenali nafasnya’. Sehingga anda tahu kapan harus menambahkan oksigen kedalamnya; dan kapan harus mengeliminasi karbon dioksida. Dengan bagitu, anda bisa memastikan bahwa lingkungan anda selalu bisa mendapatkan udara paling murni untuk bernafas. Dan dengan demikian, organisasi dimana anda berada selalu sehat, bersemangat, dan memiliki vitalitas yang tinggi. Nah, sering kali hal ini hanya bisa anda lakukan jika anda bersedia mendengarkan mereka. Dan, kadang-kadang berarti anda harus menutup mulut anda sendiri, dalam arti; anda tidak memaksakan apa yang ada dalam pikiran anda untuk mereka lakukan.

Banyak orang mengira, bahwa hal itu berarti bahwa orang-orang disekitar kita boleh melakukan apa saja; dan pikiran anda itu tidak bisa digunakan. Tidak selalu demikian. Kadang memang kita perlu membiarkan orang-orang melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Jika cara atau pikiran mereka itu juga akan menghasilkan sesuatu yang produktif secara maksimal; mengapa harus kita paksa mereka melakukannya dengan cara kita? Tidak, bukan? Tetapi, adakalanya juga memang cara mereka bukan cara yang bisa membawa organisasi kedalam puncak prestasinya. Dalam situasi ini; kita harus membawa mereka kapada cara berpikir dan bertindak yang lebih baik. Cara anda.

Orang-orang cerdas yang kita bicarakan tadi berkata; ”itulah kenapa saya paksa mereka mengikuti cara saya!” Itu benar. Tetapi, kadang orang cerdas tidak melakukannya secara elegan. Dalam menarik orang, memang kadang kita harus to the point. Tapi, dalam banyak situasi, kita perlu mengambil jalan memutar. Dan faktanya, ternyata kadang kita hanya butuh bersabar. Kadang, kita hanya butuh untuk menjaga perasaan mereka dan melindungi mereka dari kesan bahwa gagasan mereka selama ini agak sedikit dungu. Kita tahu, setiap orang memiliki personal pride-nya sendiri-sendiri, kan?

Ada sebuah contoh menarik. Disebuah organisasi, nyaris semua orang merasakan bahwa daya dukung dari salah satu departemen sangat kurang. Sehingga dampaknya dirasakan oleh departemen yang lain. Salah seorang karyawan cerdas mendatangi kepala departemen itu dan dengan lugas mengemukakan alasan-alasan; mengapa departemen itu harus berubah dan bergerak lebih cepat agar keseluruhan organisasi bisa meningkatkan kinerjanya. Tetapi, tidak ada perubahan apapun didepartemen itu; sekalipun orang cerdas kita ini sudah mengerahkan segala kemampuan untuk meyakinkannya. Lalu, seorang cerdas yang lain menemui orang penting didepartemen itu. Aneh sekali, cukup satu kali pertemuan saja yang mereka lakukan. Dan departemen yang dinilai membebani itu serta merta berubah menjadi departemen yang kinerjanya mengesankan.

Tahukah anda mengapa bisa demikian? Kata si kepala departemen: “ada orang-orang yang meminta agar kita memperbaiki kinerja kita seolah-olah cara yang kita gunakan selama ini sangat buruk. Dan ada orang-orang yang mengapresiasi cara kita itu baik, sekaligus menunjukkan kepada kita cara untuk menjadikan diri kita lebih baik lagi.” Apakah anda bisa menemukan perbedaannya? Tentu anda bisa. Dan apakah perbedaan itu? Sikap luwes kita ketika berusaha untuk membawa orang lain menuju tempat yang lebih baik. Ada orang yang main labrak. Menggunakan power agar orang lain berubah. Ada pula orang yang berusaha memahami dari sisi orang itu terlebih dahulu. Dan dia mengikuti pola orang itu untuk mengajaknya berubah. Itulah keluwesan.

Dengan keluwesan, anda bisa memenangkan hati orang-orang yang berada dilingkungan kerja anda. Jika anda seorang atasan, maka anda bisa membawa bawahan-bawahan anda untuk menuju perubahan yang positif. Dan jika anda seorang bawahan, maka atasan anda akan tahu bahwa anda adalah calon pemimpin dimasa depan. Dan jika suatu saat nanti anda mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan; ingatlah bahwa, kadang memang anda perlu menggunakan kekuatan posisi anda, dan kadang anda hanya perlu mengikuti irama mereka. Dan memilih kapan menggunakan salah satunya, adalah sebuah seni yang langka.

Kepada orang-orang ndablek yang maunya menang sendiri, memaksakan kehendak, menutup telinga dari suara orang lain, dan selalu merasa dirinya benar. Racun bagi anggota kelompok lain; memang anda perlu tegas. Kalau perlu, gunakan position power anda. Namun, orang-orang yang seperti itu tidaklah banyak. Sebab, sebagian besar anggota team anda adalah orang-orang yang hanya membutuhkan cara yang tepat, yang bisa mereka terima; sebelum mereka mengikuti anda.

Hore,
Hari Baru!

Catatan kaki:
Keteladanan konon adalah hal terpenting dalam usaha untuk meyakinkan orang lain, agar mereka mengikuti anda. Namun, banyak orang yang tidak mau mengikuti teladan yang baik; karena mereka lebih suka tinggal dalam comfort zone mereka masing-masing. Tetapi, tetaplah menjadi teladan. Sebab dengan cara itu, anda bisa menemukan orang-orang hebat yang jumlahnya sedikit; dan membedakannya dari sekumpulan orang-orang yang selamanya hanya akan menjadi pekerja dibawah perintah. Karena. Keteladanan anda. Akan selalu dapat. Menginspirasi. Calon-calon pemimpin masa depan.

by Dadang Kadarusman