William Soeryadjaya adalah legenda dan ikon bisnis di Indonesia. PT Astra International (Astra Group) adalah warisannya yang terus bertumbuh dan merupakan rintisan beliau dari tahun 1960-an.
Orang yang pernah menempati posisi sebagai orang terkaya nomor dua di Indonesia ini adalah sosok yang disegani dan menjadi panutan para kolega maupun pesaingnya.
Makanya, artikel mengenai profil beliau yang ditulis di Majalah SWA Edisi terakhir ini begitu bernilai sehingga saya harus menyimpan inti sarinya di blog ini agar tidak tercecer.
Ia adalah figur yang besar dan berani. Pemikirannya sangat luas. Misinya ingin menumbuhkan ekonomi bangsa dengan mengurangi jumlah pengangguran.
Menurut Teddy P. Rachmat, keponakannnya, William adalah seorang yang punya idealisme, generous, positive thinking, memberi kepercayaan penuh kepada anak buah, berani mengambil orang-orang pintar, courageous dan memiliki visi ke depan yang kuat.
Ia berani menanggung seluruh kerugian Bank Summa dengan menjual Astra. Padahal yang mengelola Bank Summa adalah anaknya, bukan dia.
Soal pendelegasian, ia memberikan secara penuh kepada anak buahnya. Ia benar-benar lepas tangan. Ia hanya menanyakan hasil, tak pernah ikut soal operasional.
Ia hanya bilang supaya perusahaan terus grow, grow, grow.
Ia selalu mencari orang yang terbaik.
Ia termasuk orang yang progresif. Baginya, tumbuh tidak ada batasan. Ia suka sekali mem-push orang agar berusaha semaksimal mungkin.
Ia memperlakukan karyawan dari atasan hingga level bawahan dengan sangat manusiawi. Tak heran, banyak karyawannya yang loyal.
Karakternya yang paling menonjol adalah pandai bergaul dengan siapa saja. Ia memperlakukan people as human.
William melakukan approach ke manusia lebih dari harta. Dari approach itulah timbul loyalitas.
Dalam pengembangan perusahaan, William sengaja merekrut tenaga profesional muda yang pintar. Syarat pertamanya adalah karakter. Setelah itu mereka dididik dengan pendidikan yang berkesinambungan.
Para profesional itu diminta tidak hanya menguasai bahasa Inggris, tapi juga pintar membaca pasar dan pintar berdagang.
Ia tidak suka KKN, termasuk dalam mengajukan pinjaman bank. Setiap tahun kesejahteraan dan gaji karyawan selalu naik.
"Saya belajar problem solving dari dia", kata Teddy. "Dia mengajarkan supaya hasil tidak disimpan sendiri. Harus dibagi".
Kelemahan William, menurut Teddy adalah lemahnya kontrol dan tidak suka mengurusi sampai detail.
Sebenarnya nilai-nilai Astra merupakan cerminan dai tiga bersaudara pendirinya: William, Benjamin Soeyadjaya dan Tjia Kian Tie. William bertipe progresif. Benjamin yang konservatif berperan sebagai rem di perusahaan.
"William adalah sosok yang sangat menjaga trustibility (kepercayaan). "Apa yang telah ia sepakati dan janjikan, semua ia tuntaskan", kata dr. Rudy, dokter pribadinya.
"Tidak sombong, meski menjadi pengusaha sukses, beliau masih tetap ramah", kata Tutty Hayati Anwar, Bupati Majalengka, daerah asal William.
Di usianya yang menginjak 85 tahun, William tetap aktif membaca sedikitnya 7 koran setiap hari dan selalu menonton saluran TV CNBC.
"Kita harus bisa memberikan contoh yang sebaik-baiknya!", kata William dengan singkat sebagai pesannya kepada pebisnis lain di Indonesia.
Semoga bermanfaat dan bisa kita teladani.
Salam FUUUNtastic!
Wassalam
source : Ronny Y